Halaman

Jumat, 01 November 2013

Contoh Laporan Widya Wisata


 LAPORAN WIDYA WISATA

TAHUN AJARAN 2012/2013
Monumen Nasional


Karya Tulis
Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas
dari bapak dan ibu guru panitia

Disusun oleh :

1.   Lisnawati
2.   Tyas Fatika N.
3.   Yeyen Nurul F.
4.   Dian Safitrikristianti
5.   Willyan Abitama
6.    Sulthan Izbik

SMP Negeri 3 Purwokerto

KATA PENGANTAR
          Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berjudul Laporan Widya Wisata Tahun Ajaran 2012/2013. Karya tulis ini disusun guna memenuhi tugas dari bapak dan ibu guru panitia study tour di SMP Negeri 3 Purwokerto.
              Penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan karena bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Purwokerto
2. Yang terhormat Bapak dan Ibu guru  pembimbing
3. Orang tua kami yang telah membiayai karya tulis ini
4. Teman-teman kelasku yang telah membantu
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
          Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Purwokerto, 9 Maret 2013

Penulis            


PENGESAHAN
Karya tulis ini kami susun untuk memenuhi tugas dari bapak dan ibu guru panitia study tour SMP Negeri 3 Purwokerto tahun pelajaran 2012/2013 dan telah mendapatkan persetujuan pada :
Hari/tanggal         : Sabtu, 9 Maret 2013
Waktu                  :
Tempat                : SMP Negeri 3 Purwokerto

                            Mengetahui
Koordinator Bus 5                                                    Kepala SMPN 3 Purwokerto

Eko Budi Santosa, S.Pd                                                   Drs. M. Djohar, M.Pd
NIP :                                                                                 NIP :





PERSEMBAHAN
Laporan ini telah kami susun sebagaimana mestinya dan ingin kami persembahkan kepada :
Ø  SMP Negeri 3 Purwokerto
Tempat kami menuntut ilmu
Ø  Orang tua dan keluarga kami
Yang telah membesarkan kami
Ø  Bapak Kepala SMPN 3 Purwokerto
Yang telah mendukung program Study Tour ini
Ø  Bapak dan Ibu guru SMPN 3 Purwokerto
Yang telah mendidik dan mengajarkan kami ilmu-ilmu yang bermanfaat
Ø  Panitia Penyelenggara Study Tour
Yang telah mengatur pelaksanaan Study tour sehingga Study tour ini berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
Ø  Teman-temanku tercinta
Yang telah mendukung, membantu,  dan bekerja sama dengan kami



MOTTO
Ø  Anda adalah pembentuk nasib anda sendiri.
Ø  Agama menjadi sendi hidup, pengaruh menjadi penjaganya. Kalau tidak bersendi, runtuhlah hidup dan kalau tidak berpenjaga, binasalah hayat. Orang yang terhormat itu kehormatannya sendiri melarangnya berbuat jahat.
Ø  Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang paling manis SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK.
Ø  Hidup memerlukan pengorbananan. Pengorbanan memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan ketabahan.
Ø  Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu inginkan, Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
Ø  Tidak ada yang mudah tetapi tidak ada yang tidak mungkin.
Ø  Tak ada yang namanya rahasia sukses. Sukses adalah hasil persiapan, kerja keras, siap gagal dan belajar dari kegagalan.
Ø  Jangan sesekali menyerah ketika kamu masih merasa sanggup.
Ø  Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan.



Daftar Isi
JUDUL………………………………………...………………………………….1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
PENGESAHAN…………………………………………………...……………...3
PERSEMBAHAN………...………………………………………………………4
MOTTO………………….……………………………………………………….5
DAFTAR ISI…………………………...…………………………………………6
BAB 1 PENDAHULUAN
1.      Latar belakang……………………………………………………………..8
2.      Alasan kegiatan……………………………………………………………9
3.      Tujuan kegiatan……………………………………………………………9
4.      Manfaat Kegiatan……………………………………………………….....9
5.      Waktu pelaksanaan……………………………………………………….10
BAB 2 ISI
1.      Latar belakang Monumen Nasional……………………………………...11
2.      Sejarah Pendirian Monumen Nasional…………………………………...12
3.      Pembangunan Monumen Nasional………………………………………13
4.      Rancang bangun Monumen Nasional…………………………………....14
5.      Bagian-bagian Monumen Nasional………………………………………15
a.       Relief Sejarah Nasional………………………………………………16
b.      Museum Sejarah Nasional……………………………………………17
c.       Ruang kemerdekaan………………………………………………….18
d.      Lidah api……………………………………………………………...19
e.       Pelataran Puncak……………………………………………………..20
f.       Pelataran Bawah……………………………………………………...20
BAB 3 PENUTUP
1.      Kesimpulan………………………………………………………………21
2.      Saran…………………………………………………………..………... 21
3.      Kesan………………………………………………………………….....22
BAB 4 LAMPIRAN  ………………………………………………………...….23




BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
          Widya wisata merupakan sarana refreshing social education terhadap aktifitas rutin Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah. Oleh sebab itu, pemilihan objek wisata yang dikunjungi bukan untuk refreshing semata, namun harus ada nilai-nilai social dan pendidikan supaya dapat menambah hubungan baik antar sesama manusia maupun lingkungan dan dapat menambah pengetahuan tentang lingkungan sekitar yang dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air karena keindahan alam ataupun nilai sejarah objek wisata yang dikunjungi.
          SMP Negeri 3 Purwokerto, sebagai lembaga pendidikan memiliki visi misi yaitu “Unggul Dalam Mutu Santun Dalam Perilaku”.Untuk mewujudkan visi tersebut, sekolah memprogramkan kurikulum widya wisata diantara kurikulum lain yang wajib ditempuh. Wujud nyata dalam pelaksanaan widya wisata yaitu menyusun karya tulis sebagai laporan pertanggungjawaban atau bukti bahwa penyusun karya tulis telah mengikuti widya wisata dan adanya kerja sama dari masing-masing siswa untuk menyusun karya tulis secara berkelompok. Selain itu, karya tulis wajib disusun karena untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
          Dalam pembuatan karya tulis ini, narasi ataupun data dalam penyusunan karya tulis ini , penyusun tulis berdasarkan fakta melalui hasil observasi, wawancara dan tinjauan pustaka yang terpercaya. Hal tersebut menjadikan  karya tulis ini dapat digunakan sebagai sumber informasi yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Alasan kegiatan
Kami memilih Monumen Nasional karena didalamnya terdapat berbagai monumen-monumen proklamasi kemerdekaan yang merupakan kerja keras para tokoh pahlawan dalam mencapai dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
3. Tujuan Kegiatan
Widya wisata ini memiliki tujuan antara lain :
1)      Menambah pengetahuan dan wawasan.
2)     Melatih diri untuk bekerja sama khususnya saling menukar informasi antar siswa dalam kelompok maupun diluar kelompok.
3)     Menanamkan rasa tanggung jawab untuk menjalankan semua tugas yang diberikan
4)     Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan rasa syukur atas karunia Allah SWT yang menciptakan alam semesta, serta menumbuhkan sikap untuk menjaga kelestarian lingkungan.
4.      Manfaat Kegiatan
·         Menambah wawasan dan pengetahuan
·         Memperoleh pengalaman-pengalaman baru
·         Sebagai tambahan materi diluar sekolah
·         Menambah koleksi pustaka sekolah

5.      Waktu pelaksanaan
Wisata ke Monumen Nasional dilakukan pada hari pertama Study tour yaitu tanggal 22 Februari 2013 tepatnya pukul 09.00-11.00 WIB






















BAB 2
ISI
1.      Latar belakang Monumen Nasional
Mengenal Lebih Dalam Tentang Monas. Bagi warga negara Indonesia dan warga Jakarta khususnya, Monumen Nasional yang lazim disebut Tugu Monas sudah tidak asing lagi. Berada tepat di jantung ibukota negara dan pemerintahan Republik Indonesia, Tugu Monas menjulang tinggi mengalahkan kemegahan bangunan-bangunan di sekelilingnya.
Menurut sejarahnya, bangunan setinggi 128,70 meter ini dibangun pada era Presiden Sukarno, tepatnya tahun 1961. Awalnya, sayembara digelar oleh Sukarno untuk mencari lambang yang paling bagus sebagai ikon ibukota negara. Sang Presiden akhirnya jatuh hati pada konsep Obelisk yang dirancang oleh Friederich Silaban. Namun saat pembangunannya, Sukarno merasa kurang sreg dan kemudian menggantinya dengan arsitek Jawa bernama Raden Mas Soedarsono. Sukarno yang seorang insinyur mendiktekan gagasannya kepada Soedarsono hingga jadilah Tugu Monas seperti yang dapat kita saksikan saat ini.
Proyek mercusuar pembangunan Monumen Nasional tersebut sesungguhnya dilakukan saat kondisi keuangan negara dalam masa kritis yang sangat hebat. Pada saat itu, Sukarno juga tengah mengerjakan proyek lainnya yang mungkin dianggap lebih ‘mulia’, yakni pembangunan Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara. Dihadapkan pada pilihan sulit, akhirnya Sukarno lebih memilih merampungkan proyek Tugu Monas daripada rumah Allah tadi. Uniknya, kedua proyek besar tersebut selesai saat Presiden Sukarno sudah tidak berkuasa lagi pasca pemberontakan G 30 S PKI.
2.      Sejarah Pendirian Monumen Nasional
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.
3.      Pembangunan Monumen Nasional


Sukarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto. Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
4.      Rancang bangun Monumen Nasional
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari. Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.
5.      Bagian-bagian Monumen Nasional
Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni. Seluruh bangunan ini dilapisi oleh marmer.
·         Relief Sejarah Indonesia


Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah Majapahit
Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.

·         Museum Sejarah Nasional

Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Suharto.


·         Ruang Kemerdekaan

Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara diding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.Semua itu sangat indah.

·         Lidah Api



Di bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77 bagian yang disatukan.

·         Pelataran Puncak

Pelataran puncak luasnya 11x11 m. Untuk mencapai pelataran puncak, pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.

·         Pelataran Bawah

Pelataran bawah luasnya 45x45 m. Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.





BAB 3
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Ø  Monumen Nasional merupakan lambang ibu kota Negara yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Ø  Monumen Nasional  secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.
Ø  Monumen Nasional memiliki ketinggian 128,70 meter dan luas 80mx80m.
Ø  Monumen Nasional ini memiliki 6 bagian yaitu Relief Sejarah Nasional, Museum Sejarah Nasional, Ruang kemerdekaan, Lidah api, Pelataran Puncak, Pelataran Bawah.
2.      Saran
Kepada para pembaca
Setelah memahami laporan widya wisata ini hendaknya para pembaca semakin berusaha untuk memajukan negara Indonesia yang telah merdeka dengan perjuangan para pahlawan yang sangat lama.
Kepada Objek Wisata Monumen Nasional
Sebaiknya keramahan para pemandu wisata di Monumen Nasional lebih ditingkatkan lagi agar pengunjung lebih merasa puas setelah mengunjungi Monumen Nasional.

Kepada Panitia Penyelenggara Study Tour SMPN 3 PWT
Sebaiknya waktu untuk menyusun Laporan Widya Wisata diperpanjang sehingga penyusunan dapat dilakukan secara maksimal.
3.      Kesan
Kepada obyek wisata Monumen Nasional
Kami merasa sangat senang selama berada di Monumen Nasional, dan kami juga merasa puas atas pelayanan yang sangat baik.
Kepada Panitia Penyelenggara Study Tour SMPN 3 PWT
Kami merasa puas dengan pelaksanaan Study Tour yang telah berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Kami juga mengucapkan terima kasih karena telah diberikan waktu untuk menyusun Laporan Widya Wisata ini.




BAB 4
LAMPIRAN

   

   



0 komentar:

Posting Komentar