Download file pdf nya di link ini
https://docs.google.com/uc?export=download&id=0B-70q3w-u_oGc1NmWUNPSFB3OG8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Drama merupakan tiruan kehidupan manusia
yang dipentaskan dihadapan penonton. Jika melihat drama berarti kita melihat
kejadian yang terjadi dalam masyarakat. Jadi, drama merupakan potret kehidupan
manusia, potret suka maupun duka dalam kehidupan manusia.
Naskah drama Ayahku Pulang merupakan salah satu karya dari Usmar Ismail, yaitu
sutradara yang terkenal pada tahun 1950-an. Naskah drama Ayahku Pulang ini salah satu naskah yang pernah difilmkan dan
disutradarai sendiri oleh Usmar Ismail pada tahun 1951 dengan judul “Dosa Tak
Berampun”
Ayahku Pulang mengangkat masalah yang terjadi dalam
keluarga, naskah ini menceritakan seorang ayah yang meninggalkan keluarganya.
Sang ayah itu pergi dengan meninggalkan seorang anak yang berusia 8 tahun,
seorang bayi, dan sang istri saat itu dalam keadaan mengandung. Kehidupan sang
istri pun menderita karena sang ayah meninggalkannya tidak menghidupinya atau
tidak bertanggungjawab dan sang istri pun menghidupi anak-anaknya sendiri, di sisi
lain kehidupan ayah yang mewah berbanding terbalik dengan sang istri yang serba
susah.
Suatu
ketika usaha sang ayah habis terbakar dan membuat hidupnya pun menjadi
terlunta-lunta. Usai terbakarnya usaha sang ayah, ia pun kembali kepada
keluarganya yang telah lama ditinggalkannya. Akan tetapi, kepulangan sang ayah
tidak diterima oleh salah satu anaknya dan hal itu menyebabkan sang ayah ingin
bunuh diri dengan cara melompat ke sungai.
Sebuah
drama selain sebagai sebuah tontonan, tuntunan, ajakan dan bisa juga sebagai
usaha untuk menyampaikan suatu fakta atau pikiran-pikiran dalam diri si penulis
maupun zaman kepada masyarakat. Naskah drama Ayahku Pulang ini menunjukkan sebuah permasalahan yang terjadi
dalam keluarga. Kebenaran akan fakta
dari naskah ini bisa saja diperdebatkan, karena memang peneliti naskah drama
ini hanya melihat dari sudut pandangnya sendiri dan hal-hal yang diketahui
secara langsung maupun dari berbagai referensi.
Naskah
drama Ayahku Pulang menggunakan
bahasa-bahasa yang mudah dicerna dalam dialog-dialognya. Alur dalam naskah
drama Ayahku Pulang ini terlihat
saling berhubungan antara adegan satu dengan adegan yang lain. Dalam perjalanan
alur diwarnai permainan penurunan ketegangan dan peningkatan ketegangan adengan
yang membuat penikmat akan merasa penasaran dengan adengan selanjutnya. Tema
dalam naskah ini cukup menarik karena naskah ini mengangkat tema tentang
keluarga, dunia yang ada di sekitar kita yang setiap hari kita hidup di
dalamnya yang selalu ada konflik tetapi kita tidak menyadarinya.
Drama Ayahku Pulang yang kami analisis adalah drama yang
dipentaskan kembali oleh siswa SMAN 1 Kuta Bali yang kami lihat melalui sebuah
video yang ditampilkan di layar LCD. Kami akan menganalisis unsur, baik unsur
intrinsik maupun unsur ekstrinsik yang terdapat dalam pementasan drama Ayahku Pulang ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, selanjutnya masalah-masalah yang diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana
analisis unsur instrinsik yang terdapat dalam drama tersebut ?
2.
Bagaimana analisis unsur ekstrinsik yang terdapat dalam drama tersebut ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Menganalisa unsur intrinsik drama Ayahku Pulang yang
ditampilkan
2. Menganalisa unsur ekstrinsik drama Ayahku Pulang yang ditampilkan
BAB II
PEMENTASAN DRAMA
AYAHKU PULANG
A.
Sinopsi Drama “Ayahku Pulang”
Judul : Ayahku Pulang
Pengarang : Usmar
Ismail
Pelaku : 1. Ayah
2. Ibu
3. Gunarto
4. Maimun
5. Muntarsih
Cerita ini berkisah
tentang seorang ayah yang tega meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih
kecil demi mengejar harta. Saat ayah pergi keadaan rumah pun masih miskin. Saat
itu Gumarto masih umur 8 tahun, anak keduanya, Maimun masih balita dan belum
bisa berdiri. Sedangkan putrinya yang ketiga, Muntarsih saat itu masih dalam
kandungan sang ibu. Sang ayah pergi merantau ke Singapura dan sukses di sana
serta mendapatkan seorang janda yang kaya. Tapi, sungguh malang tokonya habis
terbakar dan ia jadi terlunta-lunta. Kini ia telah tua dan memilih untuk
kembali ke keluarganya yang lama.
Sudah 20 tahun
berlalu sejak kepergian sang ayah, Gunarto kini sudah dewasa dan menjadi tulang
punggung keluarganya. Gunarto bekerja di pabrik tenun, wataknya keras karena
beratnya perjuangan hidup yang harus ia lalui tanpa kasih sayang dan didikan
seorang ayah. Maimun juga bekerja demi keluarga agar dapat membantu membiayai
pernikahan adiknya. Mintarsih, si bungsu bekerja dengan menerima jahitan, tak
lama lagi ia akan segera menikah. Saat itu keluarganya sangat bahagia tanpa
seorang ayah yang menemani kehidupan mereka.
Pada malam Natal
saat Gunarto pulang kerja, ibunya sedang melamun, teringat akan 20 tahun lalu
saat di malam yag sama sang ayah meninggalkan mereka. Kenangan itu membuat luka
lama di hati Gunarto kembali terbuka. Ia memilih tidak membicarakan hal itu dan
mencoba mengalihkan pembicaraan. Maimun kemudian pulang dan membawa kabar bahwa
tetengga mereka melihat seorang laki-laki tua yang mirip dengan ayah mereka.
Tak lama kemudian, Muntarsih pun pulang dan juga berkata bahwa ia melihat ada
seorang lelaki tua di seberang jalan yang sedang melihat kearah rumah mereka.
Saat itu seorang
laki-laki tua menghampiri rumah mereka. Ibu langsung mengenali orang tua itu
sebagai suaminya yang telah lama pergi meninggalkan mereka. Maimun dan
Muntarsih yang tidak mengerti permasalahan apa yang dulu pernah terjadi,
langsung saja menerima orang itu sebagai ayah mereka. Sedangkan Gunarto yang
masih memiliki rasa dendam yang mendalam pada ayahnya, tidak sudi menerimanya
kembali di rumah mereka. Seorang laki-laki itu disuruh masuk ke dalam rumah,
dan menyuruh Maimun mengambilkan minuman. Ayah pun meliha gunarto kini sudah
dewasa. Lalu ayahnya meceritakan kehidupannya sewaktu di Singapura. Dia
mempunyai istri dan tokonya terbakar habis, sekarang kehidupannya menjadi terlunta-lunta. Sekarang dia tinggal
di kolong jembatan.
Gunarto pun marah, sifat angkuhnya yang
menurun dari sang ayah pun muncul dan ia mencerca ayahnya habis-habisan, bahkan
mendorongnya dengan keras hingga terjatuh.tak tahan akan hinaan yang
diterimanya, sang ayah akhirnya memilih untuk pergi karena tidak mau mengganggu
kedamaian keluarganya. Ibu hanya bias menangis menahan kepedihan dan
penderitaan yang sekali lagi dialaminya.
Maimun dan
Mintarsih menyesalkan perilaku Gunarto yang tidak mau menerima kembali ayah
mereka, karena bagaimanapun juga mereka tetap darah dagingnya meskipun telah
meninggalkan kita pada waktu kecil. Maimun akhirnya mengeraskan hati ontuk
menentang kakaknya dan pergi untuk memanggil sang ayah kembali. Akhirnya ayah
pun pergi ke jembatan untuk mengakhiri hidupnya yang sudah terlunta-lunta, tak
ada yang mau menerima kehadirannya kembali. Tapi sekembalinya dia, mereka semua
terhenyak melihat Maimun hanya membawa baju da topi ayahnya saja. Ternyata sang
ayah bunuh diri dengan meloncat dari atas jembatan ke dalam sungai.
Akhirnya Maimun
membawa topi dan baju sang ayah ke rumah untuk di perlihatkan ke Guntoro sang
kakak dan ibunya. Saat itulah Guntoro terkejut dan sangat menyesali
perlakuannya terhadap sang ayah. Guntoro pun pergi untuk mengejar ayahnya ke
jembatan, di sana ia menangisi penyesalanya dan menolak bahwa syahnya kini
telah pergi selamanya dan mengutuki drinya yang telah membunuh sang ayah.
Guntoro pun berdo’a agar ayahnya salamat, lalu dia berusaha bangkit untuk
mencari ayahnya ke bawah jembatan. Do’a Guntoro pun terkabul disamping berdo’a
dia pun juga berusaha. Ayahnya pun selamat dari arus sungai yang deras, seorang
kakek tua pun ditemukan dalam keadaan pingsan dan kemudian di rawat oleh seorang
gadis muda di rumah yang kecil dan sederhana. Akhirnya kakek tua pun sadar,
setelah itu diberi obat tradisional untuk kesembuahannya.
Setelah sembuh
akhirnya kakek tua pun beristirahat, gadis itu mengenalkan dirinya ia bernama
Ratih. Kakek tua pun berterimakasih sama Ratih yang telah menyelamatkan
hidupnya. Setelah itu kakek tua
bercerita tentang permasalahan yang dihadapinya. gadis tersebut sangat
terharu akan cerita kakek tua itu. Akhrinya gadis yang baik hati dan jujur
menasehati supaya tidak bunuh diri lagi, permasalahan tidak akan selesai kalau
bunuh diri. Kakek tua pun merenungi perkataan gadis itu. Akhirnya kakek tua
memutuskan untuk pulang supaya bisa
bertemu lagi dengan keluarganya lagi.
Guntoro mencari
ayahnya di tepi sungai, ia pun memanggil-manggil nama ayahnya tersebut.
Akhirnya ayahnya bertemu dengan Guntoro mereka saling berpelukan dan Guntoro
meminta maaf terhadap ayahnya atas perbuatannya, ayah pun juga minta maaf yang
sudah meninggalkan keluarganya yang cukup lama.
Mereka pun pulang
kerumah, keadaan dirumah pun cemas karena Guntoro belum pulang, akhirnya
Guntoro pulang dengan selamat dan membawa ayahnya kembali kerumah dengan
selamat. Ibu pun sangat gembira, saat ayah pulang mereka pun berpelukan saling
minta maaf satu sama lain. Keluarga itu pun merasa sudah lengkap, dengan
kehadiran ayah keluarga Guntoro mengadakan do’a bersama atas kembalinya ayah
tercinta. Akhirnya keluarga itu menjadi bahagia selamanya.
B.
Unsur Intrinsik Pementasan Drama
1. Tema.
Tema merupakan
ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel. Drama Ayahku Pulang adalah drama yang
bertemakan keluarga.
2. Penokohan.
Penokohan
menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari
cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. Dalam suatu novel
terdapat beberapa peran penting yaitu tokoh utama, tokoh pendamping dan lain
sebagainya. Ada beberapa karakter tokoh, yaitu : protagonis (tokoh dengan
berwatak baik), antagonis (tokoh dengan watak jahat), dan rigonis tokoh
penengah atau pelerai konflik. Pemain dalam drama “Ayahku Pulang” terdiri atas,
Ibu, Ayah, Gunarto, Maimun, dan Mintarsih. Para pemain bermain dengan
totalitas. Kapan mereka harus sedih dan kecewa, senang, dan mereka dapat
menghayati peran mereka. Karakter yang dimiliki tiap pemain yaitu, Ibu adalah
sosok yang ikhlas, pemaaf, dan mencintai keluarga, sosok ayah adalah seorang
yang material karena rela meninggalkan keluarga demi mencari harta berlimpah,
namun ayah juga seorang yang sadar diri karena pada akhir drama dia berani
datang ke rumahnya yang dulu untuk bertemu istri dan anak-anaknya sekaligus
minta maaf. Sosok Gunarto adalah seorang anak yang pendendam, dia membenci
ayahnya karena telah meninggalkan keluarga, setelah ayahnya pulang pun dia
merasa dendam dan tidak menerima kepulangan ayah. Sosok Maimun adalah seorang
anak yang mencintai keluarga karena bisa menerima kepulangan ayahnya setelah
lama pergi meninggalkan keluarga. Sosok Mintarsih adalah seorang anak yang
pendiam dan mencintai keluarga, dia dapat menerima kepulangan ayahnya yang
telah lama pergi meninggalkan keluarga.
3. Latar.
Latar merupakan
latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi
waktu, tempat, sosial budaya.
Dalam cerita di
atas menggambarkan setting tempat di rumah, di depan rumah, dijembatan.
Sedangkan suasananya:
1. Kecewa . Keluarga Guntoro kecewa dengan
ayahnya karena keluarganya dicampakkan begitu saja, tidak ada kabar sekalipun.
2. Senang.
Akhirnya ayah pun selamat dari sungai yang arusnya sangat deras.
Di samping itu keluarga Guntoro menerima ayahnya kembali kerumah.
3. Sedih . Saat keluarnya hidup bahagia, ayah
pun kembali lagi dengan keadaan yang terlunta-luntah. Dahulu waktu sukses ayah
pun melupakan keluarganya tetapi sekarang bangkrut ingat dengan keluarganya.
4. Alur / Plot.
Alur / plot
merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian,
yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap
berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash
back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang
berlangsung.
Cerita di atas
menggunakan alur maju karena menceritakan masa depan ayah yang sukses tanpa
keluarganya yang dahulu ditinggalkannya dan Guntoro yang membiayai kehidupan
keluarganya sendiri. Kejadiannya masuk akal ada pula kejadian yang mengejutkan,
konfliknya seru, penyelesaian masalah masuk akal, berakhir dengan happy ending,
akhirnya ayah Guntoro selamat dari arus deras sungai dan Guntoro menerima
ayahnya kembali ke keluarganya.
5. Konflik
Masalah yang
timbul dari tokoh dari dalam cerita. Baik itu antara diri sendiri maupun
sekelompok orang. Masalah timbul dalam drama ini ada dua, yang satu berasal
dari dalam diri ayah sendiri yang tega meninggalkan anak dan istrinya, lalu
masalah ekonomi juga turut mewarnai drama ini.
6. Amanat.
Amanat yaitu
suatu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Amanat yang
disampaikan melalui drama tersebut adalah orang tua
seharusnya melindungi keluarga agar tidak sengsara, setidaknya tidak meninggalkan keluarga untuk
mencari harta sampai ke negara lain. Apalagi
melupakan atau mencapakkan keluarga dan tidak memberikan nafkah kepada keluarga
akan menyesal atau hidupnya sengsara. Kepala
rumah tangga harus beranggung jawab dan membina rumah tangga yang rukun, setia,
saling percaya. Apabila orang tua salah ataupun keluarga salah harus saling
memaafkan.
7. Sudut Pandang.
Sudut pandang
adalah kacamata si pengarang. Sudut pandang cerita drama ini adalah sudut
pandang orang ketiga serba tahu.
8. Gaya Bahasa. Merupakan gaya yang dominan dalam sebuah drama. Bahasa yang di gunakan
dalam drama ini sangat segar, gaul, dan serius. Sehingga pembacanya tidak bosan
untuk menonton, dan ingin tau kejadian selanjutnya.
9. Dialog
Dialog yang diucapkan setiap pemain sesuai dengan
karakter yang dimainkan. Intonasi yang digunakan sudah tepat. Malam lebaran
yang seharusnya meriah dan penuh kebahagiaan justru dibalik menjadi keadaan
yang mengharukan dan penuh ketegangan konflik. Dialog antar tokoh diucapkan
saling menyambung sehingga terlihat seperti sebuah percakapan.
C.
Unsur Ektrinsik Pementasan Drama
1. Sutradara
Dalam drama “Ayahku Pulang”, tidak dijelaskan/ditunjukan
siapa sutradara dibalik drama ini, namun para pemain adalah sekelompok teater
dari SMAN 1 Kuta Bali yaitu Teater Teras. Seharusnya pada awal pentas ada
sedikit pengantar dengan menyampaikan siapa sutradara, pemain, dan crew yang
terlibat sehingga penonton akan tahu.
2. Tata
panggung
Tata panggung disusun dalam sebuah ruang tamu, namun juga
dilengkapi dengan jendela yang menggantung tanpa tembok/penutup ruangan
sepenuhnya sehingga terlihat bagian dalam ruangan. Hal ini terlihat menarik.
Tidak ada properti yang sia-sia karena properti yang ada di dalam ruangan
disediakan secukupnya dan memang dipakai oleh pemain.
3. Kostum
Kostum yang dipakai pemain adalah kostum orang-orang zaman
dulu. Pakaian yang dikenakan Ibu cocok dengan peran seorang Ibu. Ayah sebagai
seorang yang baru saja bangkrut sehingga dalam masa susah berpakaian seperti
seorang pengemis dan membawa pakaian-pakaian yang dibungkus kain besar.
Sedangkan Gunarto dan Maimun sebagai seorang perjaka yang bekerja di suatu
pabrik berpakaian formal dengan hem dan celana panjang namun masih terkesan
santai.
4. Tata rias
Tata rias tidak begitu terlihat bagaimana make-up para
pemain karena settingan lampu yang remang-remang. Namun dari aksesori dan
kostum yang dipakai seharusnya tata rias dapat menyesuaikan. Tata rias terlihat
natural, wajah orang-orang biasa.
5. Tata lampu
Tata lampu yang dipakai terlihat remang-remang, namun
dapat menguatkan suasana drama “Ayahku Pulang” yang mengharukan dan penuh
ketegangan konflik.
6. Musik
Musik yang dihadirkan terlalu keras sehingga kadang
mengalahkan suara para pemain. Musik yang seharusnya sebagai penguat keadaan
dan mengiringi adegan justru mengganggu suara para pemain. Sebaiknya volume
musik tidak sampai mengganggu suara para pemain dan harus dikontrol/diatur
lebih baik lagi.
7. Penonton
Dalam pementasan drama “Ayahku Pulang” tidak
diperlihatkan penonton yang berada dalam pementasan itu. Namun tepuk tangan
penonton terdengar ketika pementasan berakhir. Penonton menjadi hal yang
penting dalam sebuah pementasan. Peran penonton sebagai apresiator sekaligus
komentator sangat mendukung sebuah pementasan.
8. Properti
Properti yang terlihat dalam pementasan seperti meja dan
kursi ruang tamu, jendela, jam dinding, dsb. Properti tersebut dapat
dimanfaatkan sepenuhnya oleh para pemain karena menjadi suatu pendukung dalam
adegan.
9. Penampilan
Penampilan para pemain totalitas sesuai karakter pemain.
Adanya kerjasama yang baik dalam beradegan menjadikan pementasan drama “Ayahku
Pulang” sukses.
10. Suara-intonasi
Suara dan intonasi sudah cukup jelas tetapi dalam
beberapa adegan terlihat suara terdengar samar karena suara musik pengiring
lebih keras sehingga intonasi tidak jelas.
11. Mimik-tingkahan-gerak
Mimik para pemain sudah menggambarkan karakter dan perasaan para tokoh,
mimik juga didukung dengan gerakan yang sesuai adegan, sehingga adegan demi
adegan terlihat cantik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat penulis ambil setelah sukses menyelesaikan penyusunan makalah ini :
Drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang
dimaksudkan untuk dipertujukkan di atas pentas. ada tiga bentuk kegiatan dalam
menanggapi karya yaitu mengapresiasi, mengkaji, dan mengkritik. Kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan
hubungan antar unsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori,
dan cara kerja tertentu. Unsur-unsur intrinsik yaitu unsur pembangun sastra
dari dalam sastra itu sendiri. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu tema, penokohan,
latar, alur, konflik, amanat, sudut pandang dan gaya bahasa, sedangkan
unsur-unsur ekstrinsik terdiri dari suara-intonasi,
mimik-tingkahan-gerak, rias wajah-rambut dan kostum, tata cahaya, musik -
bunyi-bunyian.
B.
Saran
Beberapa saran yang terhimpun saat
menulis makalah ini yaitu:
1. Pembaca sastra senantiasa memperbanyak membaca karya sastra.
2. Pembaca sastra dalam mengkaji sastra harus dilengkapi teori atau
referensi yang mapan.
3. Pembaca harus selalu meningkatkan kecintaan kepada karya sastra.
DAFTAR
PUSTAKA
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. 2014. Bahasa Indonesia Kelas XI
Semester 2. Jakarta:
Kemendikbud.
0 komentar:
Posting Komentar