THE
INVISIBLE MESSAGE
“Luna cepat bangun, sudah jam 5 pagi
ini !!” Suara keras ibu terdengar samar-samar di telinga Luna. Sambil
mengucek-kucek mata, Luna bangkit dari ranjang empuknya. Perlahan-lahan ia
membuka mata. Betapa kaget ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul
5. Ia segera bergegas lari ke kamar mandi. Luna memang sudah biasa bangun pukul
5 dini hari, namun khusus untuk hari ini seharusnya ia harus bangun lebih awal
karena ini adalah hari yang sangat spesial dalam hidupnya. Hari ini adalah hari
pengumuman kelulusan sekaligus acara perpisahan SMA nya. Ini adalah momen yang
hanya terjadi sekali seumur hidup, momen yang sangat ditunggu-tunggunya selama
12 tahun ia mengenyam pendidikan. Bukan hanya itu, hari ini juga menjadi sangat
spesial baginya karena ini adalah hari perayaan jadian ia dan kekasihnya. Sudah
hampir 5 tahun ia dan kekasihnya menjalani hubungan asmara ini. Lima tahun
bukanlah waktu yang sebentar apalagi untuk ABG seperti dirinya. Rata-rata teman
di sekolahnya berpacaran paling hanya beberapa bulan setelah itu putus. Banyak
teman-temannya iri melihat Luna mempunyai kekasih yang sangat perhatian dan
sangat setia. Meylan sahabatnya, hanya
bisa menggigit jari ketika melihat Luna bermesraan dengan kekasihnya. Luna dan
kekasihnya memang saling menaruh rasa kepercayaan yang tinggi satu sama lain.
Itulah sebabnya mengapa hubungan mereka begitu awet.
Setelah Luna selesai mandi ia segera
bersiap-siap pergi ke salon milik ibunya Meylan untuk dirias. Keluarga Meylan
mempunyai sebuah salon yang dibangun tepat disamping rumahnya. “Jam segini kok
baru dateng na ? Sudah hampir jam 6 loh ini. Nanti kita terlambat.” kata Meylan
kepada Luna ketika Luna baru datang. “Aduh sorry nih, aku kesiangan hari ini.”
Luna mengeles. “ Ya sudah sanah cepat masuk, ibuku sudah menunggu tuh.” kata
Meylan dengan nada kesal. Beberapa menit kemudian, mobil Hanan datang menjemput
mereka berdua. Hanan adalah pacar Luna sejak SMP. Mereka jadian saat masih
kelas 8 semester 1. Luna masih ingat benar ketika itu jam pulang sekolah, Hanan
dan teman-temannya mendatangi kelasnya. Waktu itu Hanan membawa setangkai mawar
dan sebatang cokelat, lalu ia mengungkapkan perasaannya kepada Luna.
Teman-teman Hanan pun bersorak ramai ketika Luna mengatakan “YA” kepada Hanan.
Sungguh romantis sekali momen saat itu. Ia tak pernah melupakannya, tak akan
pernah. Meskipun sudah hampir 5 tahun mereka bersama, namun sikap romantis
Hanan tak pernah berubah. Setiap hari ia selalu sama, tak ada bedanya. Luna
sangat mencintai kekasihnya itu. Hanan adalah salah satu motivasi terbesarnya
untuk belajar di sekolah. Hanan merupakan anak yang rupawan, selain itu ia juga
sangat pintar. Ia pernah menjadi juara 3 OSN biologi SMP tingkat nasional.
Dikelas ia selalu masuk peringkat 3 besar. Cita-citanya untuk menjadi dokter
seperti ayahnya sangatlah besar. Tak heran mengapa banyak adik kelas juga
teman-temannya yang suka padanya, bahkan kakak kelas pun diam-diam juga suka
padanya. Luna sangat beruntung bisa jadi kekasihnya. Meylan sahabat Luna tahu
betul perjalanan kisah cinta mereka berdua. Aih, sungguh romantis.
Luna, Hanan, dan Meylan pun sampai
disekolah. Mereka bertiga berpisah memasuki kelasnya masing-masing untuk
persiapan acara perpisahan. Jam menunjukkan pukul 8, siswa kelas 12 segera
bersiap pergi ke lapangan sekolah yang ditengahnya telah dipasang panggung
megah untuk perpisahan. Mereka duduk di kursi yang telah disediakan. Kursi
barisan awal adalah kursi untuk bapak dan ibu guru, setelah itu kursi
dibelakangnya untuk kelas 12, dan dibelakangnya lagi kursi untuk orang tua,
lalu dibelakangnya lagi kursi untuk kelas 10 dan 11. Tetapi banyak anak kelas
10 dan 11 yang tidak duduk. Mereka tidak duduk bukan karena tidak mendapatkan
kursi melainkan karena mereka ingin berdiri melihat panggung lebih dekat.
Perpisahan dimulai dengan sambutan-sambutan setelah itu ada hiburan dari kelas
10 dan 11. Kelas 12 pun ikut mengisi panggung tersebut. Hanan dan teman bandnya
yang semuanya anak kelas 12 turut tampil dipanggung tersebut. Mereka
menyanyikan 2 buah lagu, yaitu Laskar Pelangi dan Perpisahan Termanis. Siswa
kelas 10 dan 11 bersorak ramai ketika Hanan dan bandnya tampil. Maklum hampir
semua teman bandnya adalah anak-anak yang ngehits di sekolah, jadi mereka punya
banyak fans. Perpisahan diakhiri dengan pengumuman kelulusan. Siswa di SMA
tersebut lulus 100% dengan peringkat NEM tertinggi diraih oleh Hanan kemudian
Viko dan yang ketiga yaitu Rasti. Mereka bertiga adalah anak-anak yang cerdas
yang selalu mengharumkan nama sekolah terlebih lagi Hanan. Selain menjadi
peringkat satu di kelas, ia juga menjadi peringkat 3 NEM tertinggi tingkat
nasional. Berbeda dengan Luna, nilai ujian nasionalnya hanya pas-pasan, tetapi
ia bersyukur bisa lulus tahun ini.
Setelah kelulusan, mereka pun pusing
untuk memilih perguruan tinggi. Untuk anak-anak brilian seperti Viko dan Rasti
memang sangat mudah mencari perguruan tinggi, beberapa teman Luna masuk
perguruan tinggi negeri favorit melalui jalur undangan, jalur yang hanya bisa
ditempuh oleh mereka yang masuk 10 besar dikelas. Mereka yang tidak punya
kesempatan mengikuti jalur undangan lalu mengambil jalur masuk melalui SMPTN
atau SMBPTN. Luna telah mencoba kedua test tersebut namun gagal. Ia tidak
diterima. Jalan terakhir adalah dengan mengikuti ujian mandiri. Akhirnya Luna
pun diterima di perguruan tinggi favorit yang tempatnya masih didalam kota,
meskipun banyak uang yang akhirnya melayang. Meylan sahabatnya diterima di
sekolah pramugari di luar kota. Meylan memang mempunyai postur tubuh yang
bagus, selain itu dia juga pintar. Dulu semasa SMA, Meylan mengikuti
ekstrakulikuler baris-berbaris. Cita-citanya dari kecil adalah menjadi
pramugari. Sementara itu Hanan belum menentukan akan masuk mana. Hanan tidak
mengambil jalur undangan dan juga tidak mengambil jalur SNMPTN dan SMBPTN, tidak
pula mengambil jalur mandiri. Luna sangat heran dengan Hanan mengapa ia hingga
kini belum menentukan akan masuk mana padahal ujian mandiripun sudah berlalu.
Setiap kali Luna menanyakan kepada Hanan akan masuk mana pasti dengan santainya
Hanan selalu menjawab “Aku gak tau mau masuk mana, masuk kedalam hatimu aja
kali ya.” Hanan memang sering sekali ngegombalin Luna, tapi terkadang Luna jadi
geram sendiri ketika ia sedang serius tetapi malah dibalas dengan bercanda.
Hanan memang labil, pikir Luna.
Setelah liburan yang panjang
berlalu, hari-hari pun menjadi menegangkan karena sebentar lagi akan ada ospek
di perguruan tinggi tempatnya berkuliah. Ospek memang hal yang menegangkan bagi
kebanyakan mahasiswa karena ospek inilah untuk pertama kalinya siswa diajak
mengenal lingkungan kampus dan juga dosen-dosen nya juga seniornya. Dimata
mahasiswa baru seperti Luna, ospek memang identik dengan tugas-tugas yang
memberatkan dan melelahkan. Ospek di kampusnya dilaksanakan selama seminggu.
Sudah terbayang dibenak Luna bahwa nantinya selama seminggu ia akan sering
lembur, dan ternyata benar juga dugaan Luna. Tugas-tugas ospek memang banyak
menguras waktu dan tenaga. Seminggu setelah ospek selesai, Luna pun jatuh
sakit, mungkin karena ia kelelahan. Sudah seminggu ini juga tidak ada kabar
dari Hanan, ia tak tahu Hanan masuk mana. Luna pun jarang berkomunikasi dengan
Hanan karena ia sedang sibuk menjalani hari-hari baru di kampus. Keesokan
harinya, hari minggu, tepat pukul 10 pagi, Hanan mendatangi rumah Luna tanpa
memberi kabar terlebih dahulu. Hanan mengajak Luna jalan-jalan seharian penuh.
Tidak seperti biasanya, Hanan mengajak Luna jalan-jalan hingga jam 12 malam.
Luna pun meminta pulang karena ia ditelepon terus-menerus oleh ibunya. Lalu
Hanan pun mengantarkan Luna pulang kerumahnya. Ketika mereka sampai didepan
rumah Luna, Luna pun segera membuka pintu mobil, namun tangan Hanan meraih
tangan Luna dan menggenggamnya dengan erat saraya berkata “Tunggu sebentar,
jangan pergi dulu.”. Luna terkejut “Ada apalagi sih, inikan udah jam 12 malem,
udah malem banget, aku mau buru-buru masuk rumah, lagian ga enak dilihat
tetangga pulang jam segini. Ngomongnya dilanjut besok pagi aja ya.” Kata Luna.
“ Besok pagi aku bakal pergi.” kata Hanan. “Apa ? Pergi kemana ?” Luna
penasaran. “Besok pagi aku pergi ke bandara, aku mau ke Amerika, aku mau kuliah
disana.” kata Hanan sambil menatap tajam mata Luna. “Apa ? Kamu bercanda kan ?”
Luna terkejut, matanya berkaca-kaca. “Kali ini aku serius, maafin aku.” Kata
Hanan. Sejenak Luna terdiam, air matanya tak terbendung dan akhirnya tumpah
juga. Keadaan menjadi hening, mereka saling bertatapan. “Kenapa kamu ngga
kuliah di Indonesia aja sih, disini kan banyak universtas favorit yang ga kalah
hebatnya dengan universitas diluar sana.” Luna terisak. “ Hidup ini adalah
pilihan dan inilah pilihanku.” kata Hanan. “Tapi aku gak mau kamu pergi. Aku
gak bisa jauh-jauh dari kamu. Please jangan pergi.” Luna memohon. “ Maafin aku,
tapi itu keputusanku, kamu harus belajar pacaran jarak jauh. Aku janji aku
bakal setia sama kamu meskipun kita jauh. Aku janji setiap hari bakal teleponin
kamu, smsin kamu, videocall-an, pokoknya aku akan selalu ada buat kamu. Kamu
jangan khawatir, aku bakal baik-baik aja kok, gak ada yang perlu kamu takutin.
Kamu jaga baik-baik dirimu sendiri. Jangan nakal, yang nurut sama orang tua,
jangan males belajar, juga harus jaga kesehatan, jangan terlalu sibuk, tetap
semangat ya. Aku mencintaimu sampai akhir hayatku.” kata hanan. Air mata Luna
bertambah deras mendengar kata-kata Hanan. “ Aku juga cinta sama kamu. Cinta
banget.” air mata Luna terus mengalir.
Hananpun memeluk Luna dan berkata “Besok aku pergi ke bandara jam 9, kamu
siap-siap ya besok.”. “ Ya besok aku pasti datang.” isak Luna, lalu Hanan
melepaskan pelukannya. Luna pun kembali kerumah. Sementara itu, mobil Hanan
berlalu pergi.
Keesokan harinya, Luna bangun tepat
pukul 9, ia kesiangan karena kemarin ia tidur larut malam setelah jalan-jalan
seharian bersama Hanan. Luna terkejut melihat jam menunjukkan pukul 9. Tanpa
pikir panjang, dengan masih mengenakan baju tidur, ia segera bergegas mencari
kunci motor, dan lalu berangkat ke bandara. Di bandara ia mencari-cari Hanan
tetapi ia tak kunjung menemukannya, berkali-kali ia menghubungi Hanan tetapi
tidak bisa. Lunapun akhirnya duduk di kursi dan menangis sejadi-jadinya. Ia
ingin sekali bertemu Hanan. Ia menyesal kenapa ia bisa bangun kesiangan.
Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk bahunya. Ternyata Hananlah yang
menepuk bahunya, lalu Luna segera memeluk Hanan sambil menangis. “ Kamu kemana
aja sih, aku dari tadi nyariin kamu tau gak, aku telepon kamu tapi gak
bisa-bisa.” Luna marah sambil menangis. “Sorry tadi Hp-ku mati, nih baru aku
nyalain.” Kata Hanan. “ Ah kamu nyebelin banget.” kata Luna. “ Biarpun sebel
tapi cinta kan ? hayo ngaku ? ”
lagi-lagi Hanan menggoda Luna. “ Tahu ah.” Luna tersipu malu. “By the
way, kamu belum mandi ya ? belum sikat gigi, belum cuci muka juga, masih pake
baju tidur lagi. Hm pantes masih bau iler. Pasti tidurnya ngiler nih.” ejek
Hanan. “ Ih apaan si, tau ah, dasar nyebelin.” Luna memukul-mukul Hanan. “ Ohya
kamu nanti di Amerika tinggal sama siapa ? ” tanya Luna. “ Sama kakaku.” kata
Hanan. “ Oh Mba Fatma itu ya ? Bukannya dia lagi kuliah di German ? ”tanya
Luna. “ Kuliahnya udah selesai, sekarang dia kerja di California, Amerika.”
kata Hanan.
Sebentar
lagi pesawat dengan tujuan California, Amerika Serikat akan lepas landas, Hanan
sudah berada di pesawat. Sementara itu Luna segera pulang.
Sudah
3 tahun berlalu, Hanan berjanji bahwa ia di Amerika hanya sampai 4 tahun
setelah itu pulang. Tinggal setahun lagi Hanan akan pulang. Luna merasa ada
yang aneh dengan Hanan. Di awal tahun pertama Hanan tiba di California hingga
tahun kedua, Hanan masih sering menelepon Luna, tetapi memasuki tahun ketiga,
Hanan sudah tidak pernah menelepon Luna lagi, paling-paling hanya smsan, tiap
kali Luna menelepon Hanan pasti tak pernah diangkat, justru Hanan pernah
mengirim pesan bahwa jika Luna ingin menghubungi Hanan lebih baik lewat sms
saja, jangan lewat telepon. Hanan bilang melalui sms bahwa ponselnya rusak jadi
ia tidak bisa menerima telepon, paling-paling hanya untuk sms ia masih bisa.
Namun Luna merasa ada yang ganjil dengan Hanan, ia khawatir Hanan selingkuh
atau sudah tidak cinta lagi kepadanya. Luna juga berpikir jangan-jangan Hanan
sudah menemukan wanita lain dan mencoba mengakhiri hubungan dengan Luna secara
pelan-pelan. Berbagai pikiran negatif meracuni pikiran Luna. Terlebih lagi
Hanan selalu menolak jika berkomunikasi melalui videocall di internet, tidak
seperti biasanya. Namun Luna mencoba untuk berpostif thinking barang kali yang
dikatakan Hanan melalui sms memang benar.
Liburan
semester 5 ini, Meylan yang sekolah di luar kota pulang ke kotanya. Luna sudah
sangat rindu dengan sahabatnya yang satu ini. Luna pun mengajak Meylan yang
baru datang dari luar kota ini untuk berjalan-jalan. Di siang hari mereka
berdua makan di warung bakso dekat alun-alun. Sambil makan siang, Meylan
bercerita panjang lebar tentang sekolahnya. Sementara itu, sambil mendengar
cerita Meylan, Luna sibuk smsan. Karena merasa dikacangin, akhirnya Meylan
marah “ Ih kamu loh dari tadi aku ngomong ngga didengerin, smsan terus, smsan
sama siapa sih sebenarnya, gebetan baru ya ? Baru beberapa bulan aja udah cari
penggantinya.” kata Meylan. “ Maksudmu apa ? Beberapa bulan gimana ? Siapa yang
cari penggati ? Aku ngga maksud kamu ngomong apa ?.” Luna heran. “ Loh itu kamu
lagi smsan sama siapa lagi kalau bukan sama gebetan barumu ?” tanya Meylan.
“Kamu gak usah ngarang deh, aku tuh ngga punya gebetan baru, kan aku kan masih
pacaran sama Hanan, nih aku lagi smsan sama Hanan, liat aja nih kalau ngga
percaya.” kata Luna. Meylan yang sedang makan bakso tersedak mendengar
kata-kata Luna. Luna pun kaget, ia tidak mengira Meylan akan terkejut seperti
itu, ia menjadi penasaran sebenarnya ada apa. “ Kamu kalau makan bakso yang
bener dong, jadi keselek deh.” kata Luna. “ Sebenarnya kamu kenapa sih, kok
kaget banget denger aku smsan sama Hanan, biasa aja kali.” kata Luna. Meylan
kemudian menatap dengan tatapan aneh kepada Luna kemudian dia merebut Hp dari
genggaman tangan Luna. Luna pun kaget ketika Meylan merebut Hpnya dan membuka
kotak masuknya. “ Lun, yang di kotakmasukmu itu sms dari Hanan yang mana ?
temen kuliah kamu apa ? ” tanya Meylan dengan muka terkejut. “ Ini sms dari
Hanan pacarku lah, siapa lagi, aku cuma kenal sama satu Hanan, gak ada Hanan
yang lain. Kamu kenapa sih kok gak kaya biasanya. Kamu kayanya kaget banget.”
kata Luna. Muka Meylan langsung pucat seketika. “Meylan kamu kenapa sih ? Ada
apa ? Kamu ngumpetin sesuatu dari aku ?”
tanya Luna curiga. “ Apa ? Nggak kok ngga papa. Ohya Lun, kamu harus
temuin Hanan sekarang juga, kamu harus pergi ke Amerika, pokoknya kamu harus
kesana ?” kata Meylan. “ Apa ? Kenapa aku harus kesana ? Tinggal setahun lagi
juga Hanan pulang ke Indonesia. “ Kata Luna. “ Hanan nggak akan pernah balik ke
Indonesia.” kata Meylan. “ Apa ? Kenapa dia ga bakal balik ke Indonesia ?
Maksud kamu apa ?.” tanya Luna. Meylan lalu menghela nafas panjang. “ Hanan
udah meninggal 5 bulan yang lalu.” kata Meylan. Luna pun pingsan, lalu dengan
bantuan pedagang bakso, dia dibawa ke mobil Meylan. Lalu Meylan mengantarkan
Luna pulang kerumah dan menunggunya hingga sadar. Setelah Luna sadar, ia
langsung menangis hebat, ia langsung membanting semua barang yang ada
dikamarnya, ia tidak percaya kalau Hanan telah meninggal. Meylan dan ibunya
Luna segera menenangkan Luna. Setelah Luna sedikit agak tenang, Meylan
menceritakan bahwa 5 bulan yang lalu, ia menerima kabar bahwa Hanan itu saat
akan menjalani operasi kanker otak, setelah operasi kanker otak tersebut, Hanan
dikabarkan koma selama 5 hari sebelum akhirnya meninggal. Hanan kemudian
dimakamkan di California. Meylan tidak menceritakannya kepada Luna karena ia
pikir bahwa Luna sudah tahu, lagi pula Luna adalah pacarnya, jadi paling tidak
ia adalah orang yang pertama tahu setelah keluarganya. Tetapi ternyata Luna
sama sekali tidak tahu.
“Jika
Hanan telah meninggal, lalu siapa gerangan orang yang setiap hari mengirimi
Luna sms ?” tanya ibu Luna. Sementara itu Luna masih menangis. “ Nah itu bu,
aku juga tidak tahu siapa pengirim sms itu, mungkin saja kakaknya atau bisa
juga ayah atau ibunya.” kata Meylan. “ Coba Lun, kamu sms ke nomer itu, coba
kamu tanya ini siapanya Hanan ? Kalau nggak kamu telepon aja.” kata ibunya.
Luna pun mengikuti kata ibunya, ia segera mengirimi sms ke nomer itu dan
mencoba meneleponnya, tetapi teleponnya tak pernah diangkat, smspun sudah tidak
pernah dibalas ketika Luna telah tahu bahwa Hanan telah meninggal. Akhirnya
Luna dengan ditemani oleh Meylan segera lepas landas ke California, Amerika
Serikat untuk menemui keluarga Hanan. Sampai di California, Luna dan Meylan
segera menuju alamat keluarga Hanan yang dulu pernah Hanan berikan. Sampailah
mereka disebuah rumah dengan ukuran sedang yang terlihat bersih dan terawat.
Luna pun memencet bel, lalu terbukalah pintu rumah tersebut dan tampak seorang
wanita yang sudah tak asing lagi baginya keluar dari dalam rumah. Wanita itu
adalah Fatma, kakak kandung Hanan. Fatma pun langsung memeluk Luna. Luna pun
menangis. Fatma lalu mempersilakan Luna dan Meylan untuk masuk. Lalu Fatma
menceritakan semuanya kepada Luna. Fatma mengatakan “Hanan sejak kecil memang
menderita kanker, ia tahu bahwa hidupnya hanyalah sebentar, karena itu
semangatnya luar biasa dalam menjalani hidup, ia tidak pernah menyia-nyiakan
waktunya meski hanya satu detik, ia sangat menghargai waktu dan ia sangat
menyayangi orang-orang disekitarnya, dari luar mungkin ia tampak seperti orang
sehat wal’afiat tetapi sebenarnya hampir setiap hari ia merasakan pusing yang sangat
hebat, namun ia selalu menahanya. Hanan selalu mengatakan padaku bahwa ia
sangat mencintaimu, dan ia sangat takut jika suatu saat ia akan pergi dari
hidupmu. Tetapi setiap hari ia bersikap seolah tidak akan terjadi apa-apa, ia
tak mau mengecewakan orang-orang disekitarnya. Tiga tahun yang lalu saat ia
lulus SMA, ia tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena ia tahu hal itu akan
sia-sia. Setelah lulus SMA, ia pergi kesini ke California bukanlah untuk kuliah
melainkan untuk pengobatan, karena penyakitnya bertambah parah. Ia mengatakan
padamu bahwa ia datang kesini untuk berkuliah itu hanyalah agar kamu tidak
mengkhawatirkannya. Sebenarnya ia tidak pernah berkuliah. Setiap hari ia hanya
menjalani pengobatan. Dan akhirnya dokter menyarankan agar segera dioperasi.
Sebelum operasi berlangsung, ia mengatakan padaku bahwa apapun yang terjadi
nanti, ia meminta agar kamu tidak diberitahu, sampai kamu akhirnya tahu
sendiri. Operasi tersebut memang berhasil, tetapi Hanan koma selama 5 hari dan
akhirnya dia meninggal.” tutur Fatma. Luna pun menangis mendengar cerita Fatma.
“ Maaf mba Fatma saya mau nanya, kan Hanan sudah meninggal lalu ponselnya
dipegang siapa ?.” tanya Meylan. “ Ohh, ponsel Hanan masih ada disaya.” kata
Fatma. “ Berarti yang selama ini sms Luna itu mba Fatma ya ?” tanya Meylan. “
Hah, sms apaan ? Ponselnya Hanan memang masih diaku, tapi aku gak pernah pakai,
sumpah !!, lagi pula ponselnya Hanan ada kata sandinya, jadi kan aku gak bisa
buka.” kata Fatma. Fatma lalu mengambil ponsel milik Hanan dan menyerahkannya
pada Meylan dan memang benar bahwa ponsel milik Hanan memang ada kata sandinya.
“ Loh, terus kalo mba fatma gak pernah pakai ponsel ini terus yang setiap hari
ngirimin Luna pesan itu siapa ?” tanya Meylan. Luna lalu menyerahkan ponselnya
pada Fatma dan Fatma sangat terbelalak melihat sms-sms itu. “ Aku gak tau
sumpah, disini aku tinggal sendirian. Bapak sama ibu lagi pergi ke German udah
3 bulan jadi gak mungkin mereka yang pake ponsel ini.” kata Fatma. Luna,
Meylan, dan Fatma pun saling bertatapan satu sama lain. Hawa berubah menjadi
dingin seketika. Bulu kuduk Fatma berdiri. (TAMAT).
0 komentar:
Posting Komentar