Halaman

Minggu, 16 Juli 2017

ANALISIS HASIL PENGAMATAN PEMENTASAN DRAMA BERJUDUL AYAHKU PULANG KARYA USMAR ISMAIL

Download file pdf nya di link ini

https://docs.google.com/uc?export=download&id=0B-70q3w-u_oGc1NmWUNPSFB3OG8



Berikut adalah isi dari PDF nya


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan penonton. Jika melihat drama berarti kita melihat kejadian yang terjadi dalam masyarakat. Jadi, drama merupakan potret kehidupan manusia, potret suka maupun duka dalam kehidupan manusia.
    Naskah drama Ayahku Pulang merupakan salah satu karya dari Usmar Ismail, yaitu sutradara yang terkenal pada tahun 1950-an. Naskah drama Ayahku Pulang ini salah satu naskah yang pernah difilmkan dan disutradarai sendiri oleh Usmar Ismail pada tahun 1951 dengan judul “Dosa Tak Berampun”
   Ayahku Pulang  mengangkat masalah yang terjadi dalam keluarga, naskah ini menceritakan seorang ayah yang meninggalkan keluarganya. Sang ayah itu pergi dengan meninggalkan seorang anak yang berusia 8 tahun, seorang bayi, dan sang istri saat itu dalam keadaan mengandung. Kehidupan sang istri pun menderita karena sang ayah meninggalkannya tidak menghidupinya atau tidak bertanggungjawab dan sang istri pun menghidupi anak-anaknya sendiri, di sisi lain kehidupan ayah yang mewah berbanding terbalik dengan sang istri yang serba susah.
   Suatu ketika usaha sang ayah habis terbakar dan membuat hidupnya pun menjadi terlunta-lunta. Usai terbakarnya usaha sang ayah, ia pun kembali kepada keluarganya yang telah lama ditinggalkannya. Akan tetapi, kepulangan sang ayah tidak diterima oleh salah satu anaknya dan hal itu menyebabkan sang ayah ingin bunuh diri dengan cara melompat ke sungai.
   Sebuah drama selain sebagai sebuah tontonan, tuntunan, ajakan dan bisa juga sebagai usaha untuk menyampaikan suatu fakta atau pikiran-pikiran dalam diri si penulis maupun zaman kepada masyarakat. Naskah drama Ayahku Pulang ini menunjukkan sebuah permasalahan yang terjadi dalam keluarga. Kebenaran  akan fakta dari naskah ini bisa saja diperdebatkan, karena memang peneliti naskah drama ini hanya melihat dari sudut pandangnya sendiri dan hal-hal yang diketahui secara langsung maupun dari berbagai referensi.
   Naskah drama Ayahku Pulang menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dicerna dalam dialog-dialognya. Alur dalam naskah drama Ayahku Pulang ini terlihat saling berhubungan antara adegan satu dengan adegan yang lain. Dalam perjalanan alur diwarnai permainan penurunan ketegangan dan peningkatan ketegangan adengan yang membuat penikmat akan merasa penasaran dengan adengan selanjutnya. Tema dalam naskah ini cukup menarik karena naskah ini mengangkat tema tentang keluarga, dunia yang ada di sekitar kita yang setiap hari kita hidup di dalamnya yang selalu ada konflik tetapi kita tidak menyadarinya.
   Drama Ayahku Pulang  yang kami analisis adalah drama yang dipentaskan kembali oleh siswa SMAN 1 Kuta Bali yang kami lihat melalui sebuah video yang ditampilkan di layar LCD. Kami akan menganalisis unsur, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik yang terdapat dalam pementasan drama Ayahku Pulang ini.

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, selanjutnya masalah-masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis unsur instrinsik yang terdapat dalam drama tersebut ?
2. Bagaimana analisis unsur ekstrinsik yang terdapat dalam drama tersebut ?

C.           Tujuan Penulisan
1. Menganalisa unsur intrinsik drama Ayahku Pulang yang ditampilkan
2. Menganalisa unsur ekstrinsik drama Ayahku Pulang yang ditampilkan


BAB II
PEMENTASAN DRAMA AYAHKU PULANG

A.           Sinopsi Drama “Ayahku Pulang”
Judul                  :           Ayahku Pulang
Pengarang          :           Usmar Ismail
Pelaku                :           1. Ayah
2. Ibu
3. Gunarto
4. Maimun
5. Muntarsih
Cerita ini berkisah tentang seorang ayah yang tega meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih kecil demi mengejar harta. Saat ayah pergi keadaan rumah pun masih miskin. Saat itu Gumarto masih umur 8 tahun, anak keduanya, Maimun masih balita dan belum bisa berdiri. Sedangkan putrinya yang ketiga, Muntarsih saat itu masih dalam kandungan sang ibu. Sang ayah pergi merantau ke Singapura dan sukses di sana serta mendapatkan seorang janda yang kaya. Tapi, sungguh malang tokonya habis terbakar dan ia jadi terlunta-lunta. Kini ia telah tua dan memilih untuk kembali ke keluarganya yang lama.
Sudah 20 tahun berlalu sejak kepergian sang ayah, Gunarto kini sudah dewasa dan menjadi tulang punggung keluarganya. Gunarto bekerja di pabrik tenun, wataknya keras karena beratnya perjuangan hidup yang harus ia lalui tanpa kasih sayang dan didikan seorang ayah. Maimun juga bekerja demi keluarga agar dapat membantu membiayai pernikahan adiknya. Mintarsih, si bungsu bekerja dengan menerima jahitan, tak lama lagi ia akan segera menikah. Saat itu keluarganya sangat bahagia tanpa seorang ayah yang menemani kehidupan mereka.
Pada malam Natal saat Gunarto pulang kerja, ibunya sedang melamun, teringat akan 20 tahun lalu saat di malam yag sama sang ayah meninggalkan mereka. Kenangan itu membuat luka lama di hati Gunarto kembali terbuka. Ia memilih tidak membicarakan hal itu dan mencoba mengalihkan pembicaraan. Maimun kemudian pulang dan membawa kabar bahwa tetengga mereka melihat seorang laki-laki tua yang mirip dengan ayah mereka. Tak lama kemudian, Muntarsih pun pulang dan juga berkata bahwa ia melihat ada seorang lelaki tua di seberang jalan yang sedang melihat kearah rumah mereka.
Saat itu seorang laki-laki tua menghampiri rumah mereka. Ibu langsung mengenali orang tua itu sebagai suaminya yang telah lama pergi meninggalkan mereka. Maimun dan Muntarsih yang tidak mengerti permasalahan apa yang dulu pernah terjadi, langsung saja menerima orang itu sebagai ayah mereka. Sedangkan Gunarto yang masih memiliki rasa dendam yang mendalam pada ayahnya, tidak sudi menerimanya kembali di rumah mereka. Seorang laki-laki itu disuruh masuk ke dalam rumah, dan menyuruh Maimun mengambilkan minuman. Ayah pun meliha gunarto kini sudah dewasa. Lalu ayahnya meceritakan kehidupannya sewaktu di Singapura. Dia mempunyai istri dan tokonya terbakar habis, sekarang kehidupannya  menjadi terlunta-lunta. Sekarang dia tinggal di kolong jembatan.
 Gunarto pun marah, sifat angkuhnya yang menurun dari sang ayah pun muncul dan ia mencerca ayahnya habis-habisan, bahkan mendorongnya dengan keras hingga terjatuh.tak tahan akan hinaan yang diterimanya, sang ayah akhirnya memilih untuk pergi karena tidak mau mengganggu kedamaian keluarganya. Ibu hanya bias menangis menahan kepedihan dan penderitaan yang sekali lagi dialaminya.
Maimun dan Mintarsih menyesalkan perilaku Gunarto yang tidak mau menerima kembali ayah mereka, karena bagaimanapun juga mereka tetap darah dagingnya meskipun telah meninggalkan kita pada waktu kecil. Maimun akhirnya mengeraskan hati ontuk menentang kakaknya dan pergi untuk memanggil sang ayah kembali. Akhirnya ayah pun pergi ke jembatan untuk mengakhiri hidupnya yang sudah terlunta-lunta, tak ada yang mau menerima kehadirannya kembali. Tapi sekembalinya dia, mereka semua terhenyak melihat Maimun hanya membawa baju da topi ayahnya saja. Ternyata sang ayah bunuh diri dengan meloncat dari atas jembatan ke dalam sungai.
Akhirnya Maimun membawa topi dan baju sang ayah ke rumah untuk di perlihatkan ke Guntoro sang kakak dan ibunya. Saat itulah Guntoro terkejut dan sangat menyesali perlakuannya terhadap sang ayah. Guntoro pun pergi untuk mengejar ayahnya ke jembatan, di sana ia menangisi penyesalanya dan menolak bahwa syahnya kini telah pergi selamanya dan mengutuki drinya yang telah membunuh sang ayah. Guntoro pun berdo’a agar ayahnya salamat, lalu dia berusaha bangkit untuk mencari ayahnya ke bawah jembatan. Do’a Guntoro pun terkabul disamping berdo’a dia pun juga berusaha. Ayahnya pun selamat dari arus sungai yang deras, seorang kakek tua pun ditemukan dalam keadaan pingsan dan kemudian di rawat oleh seorang gadis muda di rumah yang kecil dan sederhana. Akhirnya kakek tua pun sadar, setelah itu diberi obat tradisional untuk kesembuahannya.
Setelah sembuh akhirnya kakek tua pun beristirahat, gadis itu mengenalkan dirinya ia bernama Ratih. Kakek tua pun berterimakasih sama Ratih yang telah menyelamatkan hidupnya. Setelah itu kakek tua  bercerita tentang permasalahan yang dihadapinya. gadis tersebut sangat terharu akan cerita kakek tua itu. Akhrinya gadis yang baik hati dan jujur menasehati supaya tidak bunuh diri lagi, permasalahan tidak akan selesai kalau bunuh diri. Kakek tua pun merenungi perkataan gadis itu. Akhirnya kakek tua memutuskan untuk pulang  supaya bisa bertemu lagi dengan keluarganya lagi.
Guntoro mencari ayahnya di tepi sungai, ia pun memanggil-manggil nama ayahnya tersebut. Akhirnya ayahnya bertemu dengan Guntoro mereka saling berpelukan dan Guntoro meminta maaf terhadap ayahnya atas perbuatannya, ayah pun juga minta maaf yang sudah meninggalkan keluarganya yang cukup lama.
Mereka pun pulang kerumah, keadaan dirumah pun cemas karena Guntoro belum pulang, akhirnya Guntoro pulang dengan selamat dan membawa ayahnya kembali kerumah dengan selamat. Ibu pun sangat gembira, saat ayah pulang mereka pun berpelukan saling minta maaf satu sama lain. Keluarga itu pun merasa sudah lengkap, dengan kehadiran ayah keluarga Guntoro mengadakan do’a bersama atas kembalinya ayah tercinta. Akhirnya keluarga itu menjadi bahagia selamanya.

B.            Unsur Intrinsik Pementasan Drama

1. Tema.
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel. Drama Ayahku Pulang adalah drama yang bertemakan keluarga.

2. Penokohan.
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. Dalam suatu novel terdapat beberapa peran penting yaitu tokoh utama, tokoh pendamping dan lain sebagainya. Ada beberapa karakter tokoh, yaitu : protagonis (tokoh dengan berwatak baik), antagonis (tokoh dengan watak jahat), dan rigonis tokoh penengah atau pelerai konflik. Pemain dalam drama “Ayahku Pulang” terdiri atas, Ibu, Ayah, Gunarto, Maimun, dan Mintarsih. Para pemain bermain dengan totalitas. Kapan mereka harus sedih dan kecewa, senang, dan mereka dapat menghayati peran mereka. Karakter yang dimiliki tiap pemain yaitu, Ibu adalah sosok yang ikhlas, pemaaf, dan mencintai keluarga, sosok ayah adalah seorang yang material karena rela meninggalkan keluarga demi mencari harta berlimpah, namun ayah juga seorang yang sadar diri karena pada akhir drama dia berani datang ke rumahnya yang dulu untuk bertemu istri dan anak-anaknya sekaligus minta maaf. Sosok Gunarto adalah seorang anak yang pendendam, dia membenci ayahnya karena telah meninggalkan keluarga, setelah ayahnya pulang pun dia merasa dendam dan tidak menerima kepulangan ayah. Sosok Maimun adalah seorang anak yang mencintai keluarga karena bisa menerima kepulangan ayahnya setelah lama pergi meninggalkan keluarga. Sosok Mintarsih adalah seorang anak yang pendiam dan mencintai keluarga, dia dapat menerima kepulangan ayahnya yang telah lama pergi meninggalkan keluarga.

3. Latar.
Latar merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, sosial budaya.
Dalam cerita di atas menggambarkan setting tempat di rumah, di depan rumah, dijembatan. Sedangkan suasananya:
1.         Kecewa . Keluarga Guntoro kecewa dengan ayahnya karena keluarganya dicampakkan begitu saja, tidak ada kabar sekalipun.
2.         Senang. Akhirnya ayah pun selamat dari sungai yang arusnya sangat deras.
Di samping itu keluarga Guntoro menerima ayahnya kembali kerumah.
3.         Sedih . Saat keluarnya hidup bahagia, ayah pun kembali lagi dengan keadaan yang terlunta-luntah. Dahulu waktu sukses ayah pun melupakan keluarganya tetapi sekarang bangkrut ingat dengan keluarganya.

4. Alur / Plot.
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
Cerita di atas menggunakan alur maju karena menceritakan masa depan ayah yang sukses tanpa keluarganya yang dahulu ditinggalkannya dan Guntoro yang membiayai kehidupan keluarganya sendiri. Kejadiannya masuk akal ada pula kejadian yang mengejutkan, konfliknya seru, penyelesaian masalah masuk akal, berakhir dengan happy ending, akhirnya ayah Guntoro selamat dari arus deras sungai dan Guntoro menerima ayahnya kembali ke keluarganya.

5. Konflik
Masalah yang timbul dari tokoh dari dalam cerita. Baik itu antara diri sendiri maupun sekelompok orang. Masalah timbul dalam drama ini ada dua, yang satu berasal dari dalam diri ayah sendiri yang tega meninggalkan anak dan istrinya, lalu masalah ekonomi juga turut mewarnai drama ini.

6. Amanat.
Amanat yaitu suatu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Amanat yang disampaikan melalui drama tersebut adalah orang tua seharusnya melindungi keluarga agar tidak sengsara, setidaknya tidak meninggalkan keluarga untuk mencari harta sampai ke negara lain. Apalagi melupakan atau mencapakkan keluarga dan tidak memberikan nafkah kepada keluarga akan menyesal atau hidupnya sengsara. Kepala rumah tangga harus beranggung jawab dan membina rumah tangga yang rukun, setia, saling percaya. Apabila orang tua salah ataupun keluarga salah harus saling memaafkan.

7.   Sudut Pandang.
Sudut pandang adalah kacamata si pengarang. Sudut pandang cerita drama ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu.

8. Gaya Bahasa. Merupakan gaya yang dominan dalam sebuah drama. Bahasa yang di gunakan dalam drama ini sangat segar, gaul, dan serius. Sehingga pembacanya tidak bosan untuk menonton, dan ingin tau kejadian selanjutnya.

9.  Dialog
Dialog yang diucapkan setiap pemain sesuai dengan karakter yang dimainkan. Intonasi yang digunakan sudah tepat. Malam lebaran yang seharusnya meriah dan penuh kebahagiaan justru dibalik menjadi keadaan yang mengharukan dan penuh ketegangan konflik. Dialog antar tokoh diucapkan saling menyambung sehingga terlihat seperti sebuah percakapan.

C.           Unsur Ektrinsik Pementasan Drama

1.  Sutradara
Dalam drama “Ayahku Pulang”, tidak dijelaskan/ditunjukan siapa sutradara dibalik drama ini, namun para pemain adalah sekelompok teater dari SMAN 1 Kuta Bali yaitu Teater Teras. Seharusnya pada awal pentas ada sedikit pengantar dengan menyampaikan siapa sutradara, pemain, dan crew yang terlibat sehingga penonton akan tahu.

2. Tata panggung
Tata panggung disusun dalam sebuah ruang tamu, namun juga dilengkapi dengan jendela yang menggantung tanpa tembok/penutup ruangan sepenuhnya sehingga terlihat bagian dalam ruangan. Hal ini terlihat menarik. Tidak ada properti yang sia-sia karena properti yang ada di dalam ruangan disediakan secukupnya dan memang dipakai oleh pemain.

3.   Kostum
Kostum yang dipakai pemain adalah kostum orang-orang zaman dulu. Pakaian yang dikenakan Ibu cocok dengan peran seorang Ibu. Ayah sebagai seorang yang baru saja bangkrut sehingga dalam masa susah berpakaian seperti seorang pengemis dan membawa pakaian-pakaian yang dibungkus kain besar. Sedangkan Gunarto dan Maimun sebagai seorang perjaka yang bekerja di suatu pabrik berpakaian formal dengan hem dan celana panjang namun masih terkesan santai.

4.    Tata rias
Tata rias tidak begitu terlihat bagaimana make-up para pemain karena settingan lampu yang remang-remang. Namun dari aksesori dan kostum yang dipakai seharusnya tata rias dapat menyesuaikan. Tata rias terlihat natural, wajah orang-orang biasa.

5.    Tata lampu
Tata lampu yang dipakai terlihat remang-remang, namun dapat menguatkan suasana drama “Ayahku Pulang” yang mengharukan dan penuh ketegangan konflik.

6.    Musik
Musik yang dihadirkan terlalu keras sehingga kadang mengalahkan suara para pemain. Musik yang seharusnya sebagai penguat keadaan dan mengiringi adegan justru mengganggu suara para pemain. Sebaiknya volume musik tidak sampai mengganggu suara para pemain dan harus dikontrol/diatur lebih baik lagi.

7.    Penonton
Dalam pementasan drama “Ayahku Pulang” tidak diperlihatkan penonton yang berada dalam pementasan itu. Namun tepuk tangan penonton terdengar ketika pementasan berakhir. Penonton menjadi hal yang penting dalam sebuah pementasan. Peran penonton sebagai apresiator sekaligus komentator sangat mendukung sebuah pementasan.

8.    Properti
Properti yang terlihat dalam pementasan seperti meja dan kursi ruang tamu, jendela, jam dinding, dsb. Properti tersebut dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh para pemain karena menjadi suatu pendukung dalam adegan.

9.    Penampilan
Penampilan para pemain totalitas sesuai karakter pemain. Adanya kerjasama yang baik dalam beradegan menjadikan pementasan drama “Ayahku Pulang” sukses.

10.  Suara-intonasi
Suara dan intonasi sudah cukup jelas tetapi dalam beberapa adegan terlihat suara terdengar samar karena suara musik pengiring lebih keras sehingga intonasi tidak jelas.

11.   Mimik-tingkahan-gerak
Mimik para pemain sudah menggambarkan karakter dan perasaan para tokoh, mimik juga didukung dengan gerakan yang sesuai adegan, sehingga adegan demi adegan terlihat cantik.



BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis ambil setelah sukses menyelesaikan penyusunan makalah ini :
Drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertujukkan di atas pentas. ada tiga bentuk kegiatan dalam menanggapi karya yaitu mengapresiasi, mengkaji, dan mengkritik. Kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antar unsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu. Unsur-unsur intrinsik yaitu unsur pembangun sastra dari dalam sastra itu sendiri. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu tema, penokohan, latar, alur, konflik, amanat, sudut pandang dan gaya bahasa, sedangkan unsur-unsur ekstrinsik terdiri dari suara-intonasi, mimik-tingkahan-gerak, rias wajah-rambut dan kostum, tata cahaya, musik - bunyi-bunyian.

B.            Saran
   Beberapa saran yang terhimpun saat menulis makalah ini yaitu:
1. Pembaca sastra senantiasa memperbanyak membaca karya sastra.
2. Pembaca sastra dalam mengkaji sastra harus dilengkapi teori atau referensi yang mapan.
3. Pembaca harus selalu meningkatkan kecintaan kepada karya sastra. 


DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Bahasa Indonesia Kelas XI Semester 2. Jakarta: Kemendikbud.


0 komentar:

Posting Komentar