Halaman

Senin, 17 Juli 2017

TUGAS BAHASA INDONESIA - MEMBUAT CERPEN - THE INVISIBLE MESSAGE

THE INVISIBLE MESSAGE

            “Luna cepat bangun, sudah jam 5 pagi ini !!” Suara keras ibu terdengar samar-samar di telinga Luna. Sambil mengucek-kucek mata, Luna bangkit dari ranjang empuknya. Perlahan-lahan ia membuka mata. Betapa kaget ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 5. Ia segera bergegas lari ke kamar mandi. Luna memang sudah biasa bangun pukul 5 dini hari, namun khusus untuk hari ini seharusnya ia harus bangun lebih awal karena ini adalah hari yang sangat spesial dalam hidupnya. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan sekaligus acara perpisahan SMA nya. Ini adalah momen yang hanya terjadi sekali seumur hidup, momen yang sangat ditunggu-tunggunya selama 12 tahun ia mengenyam pendidikan. Bukan hanya itu, hari ini juga menjadi sangat spesial baginya karena ini adalah hari perayaan jadian ia dan kekasihnya. Sudah hampir 5 tahun ia dan kekasihnya menjalani hubungan asmara ini. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar apalagi untuk ABG seperti dirinya. Rata-rata teman di sekolahnya berpacaran paling hanya beberapa bulan setelah itu putus. Banyak teman-temannya iri melihat Luna mempunyai kekasih yang sangat perhatian dan sangat setia. Meylan sahabatnya,  hanya bisa menggigit jari ketika melihat Luna bermesraan dengan kekasihnya. Luna dan kekasihnya memang saling menaruh rasa kepercayaan yang tinggi satu sama lain. Itulah sebabnya mengapa hubungan mereka begitu awet.

            Setelah Luna selesai mandi ia segera bersiap-siap pergi ke salon milik ibunya Meylan untuk dirias. Keluarga Meylan mempunyai sebuah salon yang dibangun tepat disamping rumahnya. “Jam segini kok baru dateng na ? Sudah hampir jam 6 loh ini. Nanti kita terlambat.” kata Meylan kepada Luna ketika Luna baru datang. “Aduh sorry nih, aku kesiangan hari ini.” Luna mengeles. “ Ya sudah sanah cepat masuk, ibuku sudah menunggu tuh.” kata Meylan dengan nada kesal. Beberapa menit kemudian, mobil Hanan datang menjemput mereka berdua. Hanan adalah pacar Luna sejak SMP. Mereka jadian saat masih kelas 8 semester 1. Luna masih ingat benar ketika itu jam pulang sekolah, Hanan dan teman-temannya mendatangi kelasnya. Waktu itu Hanan membawa setangkai mawar dan sebatang cokelat, lalu ia mengungkapkan perasaannya kepada Luna. Teman-teman Hanan pun bersorak ramai ketika Luna mengatakan “YA” kepada Hanan. Sungguh romantis sekali momen saat itu. Ia tak pernah melupakannya, tak akan pernah. Meskipun sudah hampir 5 tahun mereka bersama, namun sikap romantis Hanan tak pernah berubah. Setiap hari ia selalu sama, tak ada bedanya. Luna sangat mencintai kekasihnya itu. Hanan adalah salah satu motivasi terbesarnya untuk belajar di sekolah. Hanan merupakan anak yang rupawan, selain itu ia juga sangat pintar. Ia pernah menjadi juara 3 OSN biologi SMP tingkat nasional. Dikelas ia selalu masuk peringkat 3 besar. Cita-citanya untuk menjadi dokter seperti ayahnya sangatlah besar. Tak heran mengapa banyak adik kelas juga teman-temannya yang suka padanya, bahkan kakak kelas pun diam-diam juga suka padanya. Luna sangat beruntung bisa jadi kekasihnya. Meylan sahabat Luna tahu betul perjalanan kisah cinta mereka berdua. Aih, sungguh romantis.

            Luna, Hanan, dan Meylan pun sampai disekolah. Mereka bertiga berpisah memasuki kelasnya masing-masing untuk persiapan acara perpisahan. Jam menunjukkan pukul 8, siswa kelas 12 segera bersiap pergi ke lapangan sekolah yang ditengahnya telah dipasang panggung megah untuk perpisahan. Mereka duduk di kursi yang telah disediakan. Kursi barisan awal adalah kursi untuk bapak dan ibu guru, setelah itu kursi dibelakangnya untuk kelas 12, dan dibelakangnya lagi kursi untuk orang tua, lalu dibelakangnya lagi kursi untuk kelas 10 dan 11. Tetapi banyak anak kelas 10 dan 11 yang tidak duduk. Mereka tidak duduk bukan karena tidak mendapatkan kursi melainkan karena mereka ingin berdiri melihat panggung lebih dekat. Perpisahan dimulai dengan sambutan-sambutan setelah itu ada hiburan dari kelas 10 dan 11. Kelas 12 pun ikut mengisi panggung tersebut. Hanan dan teman bandnya yang semuanya anak kelas 12 turut tampil dipanggung tersebut. Mereka menyanyikan 2 buah lagu, yaitu Laskar Pelangi dan Perpisahan Termanis. Siswa kelas 10 dan 11 bersorak ramai ketika Hanan dan bandnya tampil. Maklum hampir semua teman bandnya adalah anak-anak yang ngehits di sekolah, jadi mereka punya banyak fans. Perpisahan diakhiri dengan pengumuman kelulusan. Siswa di SMA tersebut lulus 100% dengan peringkat NEM tertinggi diraih oleh Hanan kemudian Viko dan yang ketiga yaitu Rasti. Mereka bertiga adalah anak-anak yang cerdas yang selalu mengharumkan nama sekolah terlebih lagi Hanan. Selain menjadi peringkat satu di kelas, ia juga menjadi peringkat 3 NEM tertinggi tingkat nasional. Berbeda dengan Luna, nilai ujian nasionalnya hanya pas-pasan, tetapi ia bersyukur bisa lulus tahun ini.

            Setelah kelulusan, mereka pun pusing untuk memilih perguruan tinggi. Untuk anak-anak brilian seperti Viko dan Rasti memang sangat mudah mencari perguruan tinggi, beberapa teman Luna masuk perguruan tinggi negeri favorit melalui jalur undangan, jalur yang hanya bisa ditempuh oleh mereka yang masuk 10 besar dikelas. Mereka yang tidak punya kesempatan mengikuti jalur undangan lalu mengambil jalur masuk melalui SMPTN atau SMBPTN. Luna telah mencoba kedua test tersebut namun gagal. Ia tidak diterima. Jalan terakhir adalah dengan mengikuti ujian mandiri. Akhirnya Luna pun diterima di perguruan tinggi favorit yang tempatnya masih didalam kota, meskipun banyak uang yang akhirnya melayang. Meylan sahabatnya diterima di sekolah pramugari di luar kota. Meylan memang mempunyai postur tubuh yang bagus, selain itu dia juga pintar. Dulu semasa SMA, Meylan mengikuti ekstrakulikuler baris-berbaris. Cita-citanya dari kecil adalah menjadi pramugari. Sementara itu Hanan belum menentukan akan masuk mana. Hanan tidak mengambil jalur undangan dan juga tidak mengambil jalur SNMPTN dan SMBPTN, tidak pula mengambil jalur mandiri. Luna sangat heran dengan Hanan mengapa ia hingga kini belum menentukan akan masuk mana padahal ujian mandiripun sudah berlalu. Setiap kali Luna menanyakan kepada Hanan akan masuk mana pasti dengan santainya Hanan selalu menjawab “Aku gak tau mau masuk mana, masuk kedalam hatimu aja kali ya.” Hanan memang sering sekali ngegombalin Luna, tapi terkadang Luna jadi geram sendiri ketika ia sedang serius tetapi malah dibalas dengan bercanda. Hanan memang labil, pikir Luna.

            Setelah liburan yang panjang berlalu, hari-hari pun menjadi menegangkan karena sebentar lagi akan ada ospek di perguruan tinggi tempatnya berkuliah. Ospek memang hal yang menegangkan bagi kebanyakan mahasiswa karena ospek inilah untuk pertama kalinya siswa diajak mengenal lingkungan kampus dan juga dosen-dosen nya juga seniornya. Dimata mahasiswa baru seperti Luna, ospek memang identik dengan tugas-tugas yang memberatkan dan melelahkan. Ospek di kampusnya dilaksanakan selama seminggu. Sudah terbayang dibenak Luna bahwa nantinya selama seminggu ia akan sering lembur, dan ternyata benar juga dugaan Luna. Tugas-tugas ospek memang banyak menguras waktu dan tenaga. Seminggu setelah ospek selesai, Luna pun jatuh sakit, mungkin karena ia kelelahan. Sudah seminggu ini juga tidak ada kabar dari Hanan, ia tak tahu Hanan masuk mana. Luna pun jarang berkomunikasi dengan Hanan karena ia sedang sibuk menjalani hari-hari baru di kampus. Keesokan harinya, hari minggu, tepat pukul 10 pagi, Hanan mendatangi rumah Luna tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Hanan mengajak Luna jalan-jalan seharian penuh. Tidak seperti biasanya, Hanan mengajak Luna jalan-jalan hingga jam 12 malam. Luna pun meminta pulang karena ia ditelepon terus-menerus oleh ibunya. Lalu Hanan pun mengantarkan Luna pulang kerumahnya. Ketika mereka sampai didepan rumah Luna, Luna pun segera membuka pintu mobil, namun tangan Hanan meraih tangan Luna dan menggenggamnya dengan erat saraya berkata “Tunggu sebentar, jangan pergi dulu.”. Luna terkejut “Ada apalagi sih, inikan udah jam 12 malem, udah malem banget, aku mau buru-buru masuk rumah, lagian ga enak dilihat tetangga pulang jam segini. Ngomongnya dilanjut besok pagi aja ya.” Kata Luna. “ Besok pagi aku bakal pergi.” kata Hanan. “Apa ? Pergi kemana ?” Luna penasaran. “Besok pagi aku pergi ke bandara, aku mau ke Amerika, aku mau kuliah disana.” kata Hanan sambil menatap tajam mata Luna. “Apa ? Kamu bercanda kan ?” Luna terkejut, matanya berkaca-kaca. “Kali ini aku serius, maafin aku.” Kata Hanan. Sejenak Luna terdiam, air matanya tak terbendung dan akhirnya tumpah juga. Keadaan menjadi hening, mereka saling bertatapan. “Kenapa kamu ngga kuliah di Indonesia aja sih, disini kan banyak universtas favorit yang ga kalah hebatnya dengan universitas diluar sana.” Luna terisak. “ Hidup ini adalah pilihan dan inilah pilihanku.” kata Hanan. “Tapi aku gak mau kamu pergi. Aku gak bisa jauh-jauh dari kamu. Please jangan pergi.” Luna memohon. “ Maafin aku, tapi itu keputusanku, kamu harus belajar pacaran jarak jauh. Aku janji aku bakal setia sama kamu meskipun kita jauh. Aku janji setiap hari bakal teleponin kamu, smsin kamu, videocall-an, pokoknya aku akan selalu ada buat kamu. Kamu jangan khawatir, aku bakal baik-baik aja kok, gak ada yang perlu kamu takutin. Kamu jaga baik-baik dirimu sendiri. Jangan nakal, yang nurut sama orang tua, jangan males belajar, juga harus jaga kesehatan, jangan terlalu sibuk, tetap semangat ya. Aku mencintaimu sampai akhir hayatku.” kata hanan. Air mata Luna bertambah deras mendengar kata-kata Hanan. “ Aku juga cinta sama kamu. Cinta banget.”  air mata Luna terus mengalir. Hananpun memeluk Luna dan berkata “Besok aku pergi ke bandara jam 9, kamu siap-siap ya besok.”. “ Ya besok aku pasti datang.” isak Luna, lalu Hanan melepaskan pelukannya. Luna pun kembali kerumah. Sementara itu, mobil Hanan berlalu pergi.

            Keesokan harinya, Luna bangun tepat pukul 9, ia kesiangan karena kemarin ia tidur larut malam setelah jalan-jalan seharian bersama Hanan. Luna terkejut melihat jam menunjukkan pukul 9. Tanpa pikir panjang, dengan masih mengenakan baju tidur, ia segera bergegas mencari kunci motor, dan lalu berangkat ke bandara. Di bandara ia mencari-cari Hanan tetapi ia tak kunjung menemukannya, berkali-kali ia menghubungi Hanan tetapi tidak bisa. Lunapun akhirnya duduk di kursi dan menangis sejadi-jadinya. Ia ingin sekali bertemu Hanan. Ia menyesal kenapa ia bisa bangun kesiangan. Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk bahunya. Ternyata Hananlah yang menepuk bahunya, lalu Luna segera memeluk Hanan sambil menangis. “ Kamu kemana aja sih, aku dari tadi nyariin kamu tau gak, aku telepon kamu tapi gak bisa-bisa.” Luna marah sambil menangis. “Sorry tadi Hp-ku mati, nih baru aku nyalain.” Kata Hanan. “ Ah kamu nyebelin banget.” kata Luna. “ Biarpun sebel tapi cinta kan ? hayo ngaku ? ”  lagi-lagi Hanan menggoda Luna. “ Tahu ah.” Luna tersipu malu. “By the way, kamu belum mandi ya ? belum sikat gigi, belum cuci muka juga, masih pake baju tidur lagi. Hm pantes masih bau iler. Pasti tidurnya ngiler nih.” ejek Hanan. “ Ih apaan si, tau ah, dasar nyebelin.” Luna memukul-mukul Hanan. “ Ohya kamu nanti di Amerika tinggal sama siapa ? ” tanya Luna. “ Sama kakaku.” kata Hanan. “ Oh Mba Fatma itu ya ? Bukannya dia lagi kuliah di German ? ”tanya Luna. “ Kuliahnya udah selesai, sekarang dia kerja di California, Amerika.” kata Hanan.

Sebentar lagi pesawat dengan tujuan California, Amerika Serikat akan lepas landas, Hanan sudah berada di pesawat. Sementara itu Luna segera pulang.

Sudah 3 tahun berlalu, Hanan berjanji bahwa ia di Amerika hanya sampai 4 tahun setelah itu pulang. Tinggal setahun lagi Hanan akan pulang. Luna merasa ada yang aneh dengan Hanan. Di awal tahun pertama Hanan tiba di California hingga tahun kedua, Hanan masih sering menelepon Luna, tetapi memasuki tahun ketiga, Hanan sudah tidak pernah menelepon Luna lagi, paling-paling hanya smsan, tiap kali Luna menelepon Hanan pasti tak pernah diangkat, justru Hanan pernah mengirim pesan bahwa jika Luna ingin menghubungi Hanan lebih baik lewat sms saja, jangan lewat telepon. Hanan bilang melalui sms bahwa ponselnya rusak jadi ia tidak bisa menerima telepon, paling-paling hanya untuk sms ia masih bisa. Namun Luna merasa ada yang ganjil dengan Hanan, ia khawatir Hanan selingkuh atau sudah tidak cinta lagi kepadanya. Luna juga berpikir jangan-jangan Hanan sudah menemukan wanita lain dan mencoba mengakhiri hubungan dengan Luna secara pelan-pelan. Berbagai pikiran negatif meracuni pikiran Luna. Terlebih lagi Hanan selalu menolak jika berkomunikasi melalui videocall di internet, tidak seperti biasanya. Namun Luna mencoba untuk berpostif thinking barang kali yang dikatakan Hanan melalui sms memang benar.

Liburan semester 5 ini, Meylan yang sekolah di luar kota pulang ke kotanya. Luna sudah sangat rindu dengan sahabatnya yang satu ini. Luna pun mengajak Meylan yang baru datang dari luar kota ini untuk berjalan-jalan. Di siang hari mereka berdua makan di warung bakso dekat alun-alun. Sambil makan siang, Meylan bercerita panjang lebar tentang sekolahnya. Sementara itu, sambil mendengar cerita Meylan, Luna sibuk smsan. Karena merasa dikacangin, akhirnya Meylan marah “ Ih kamu loh dari tadi aku ngomong ngga didengerin, smsan terus, smsan sama siapa sih sebenarnya, gebetan baru ya ? Baru beberapa bulan aja udah cari penggantinya.” kata Meylan. “ Maksudmu apa ? Beberapa bulan gimana ? Siapa yang cari penggati ? Aku ngga maksud kamu ngomong apa ?.” Luna heran. “ Loh itu kamu lagi smsan sama siapa lagi kalau bukan sama gebetan barumu ?” tanya Meylan. “Kamu gak usah ngarang deh, aku tuh ngga punya gebetan baru, kan aku kan masih pacaran sama Hanan, nih aku lagi smsan sama Hanan, liat aja nih kalau ngga percaya.” kata Luna. Meylan yang sedang makan bakso tersedak mendengar kata-kata Luna. Luna pun kaget, ia tidak mengira Meylan akan terkejut seperti itu, ia menjadi penasaran sebenarnya ada apa. “ Kamu kalau makan bakso yang bener dong, jadi keselek deh.” kata Luna. “ Sebenarnya kamu kenapa sih, kok kaget banget denger aku smsan sama Hanan, biasa aja kali.” kata Luna. Meylan kemudian menatap dengan tatapan aneh kepada Luna kemudian dia merebut Hp dari genggaman tangan Luna. Luna pun kaget ketika Meylan merebut Hpnya dan membuka kotak masuknya. “ Lun, yang di kotakmasukmu itu sms dari Hanan yang mana ? temen kuliah kamu apa ? ” tanya Meylan dengan muka terkejut. “ Ini sms dari Hanan pacarku lah, siapa lagi, aku cuma kenal sama satu Hanan, gak ada Hanan yang lain. Kamu kenapa sih kok gak kaya biasanya. Kamu kayanya kaget banget.” kata Luna. Muka Meylan langsung pucat seketika. “Meylan kamu kenapa sih ? Ada apa ? Kamu ngumpetin sesuatu dari aku ?”  tanya Luna curiga. “ Apa ? Nggak kok ngga papa. Ohya Lun, kamu harus temuin Hanan sekarang juga, kamu harus pergi ke Amerika, pokoknya kamu harus kesana ?” kata Meylan. “ Apa ? Kenapa aku harus kesana ? Tinggal setahun lagi juga Hanan pulang ke Indonesia. “ Kata Luna. “ Hanan nggak akan pernah balik ke Indonesia.” kata Meylan. “ Apa ? Kenapa dia ga bakal balik ke Indonesia ? Maksud kamu apa ?.” tanya Luna. Meylan lalu menghela nafas panjang. “ Hanan udah meninggal 5 bulan yang lalu.” kata Meylan. Luna pun pingsan, lalu dengan bantuan pedagang bakso, dia dibawa ke mobil Meylan. Lalu Meylan mengantarkan Luna pulang kerumah dan menunggunya hingga sadar. Setelah Luna sadar, ia langsung menangis hebat, ia langsung membanting semua barang yang ada dikamarnya, ia tidak percaya kalau Hanan telah meninggal. Meylan dan ibunya Luna segera menenangkan Luna. Setelah Luna sedikit agak tenang, Meylan menceritakan bahwa 5 bulan yang lalu, ia menerima kabar bahwa Hanan itu saat akan menjalani operasi kanker otak, setelah operasi kanker otak tersebut, Hanan dikabarkan koma selama 5 hari sebelum akhirnya meninggal. Hanan kemudian dimakamkan di California. Meylan tidak menceritakannya kepada Luna karena ia pikir bahwa Luna sudah tahu, lagi pula Luna adalah pacarnya, jadi paling tidak ia adalah orang yang pertama tahu setelah keluarganya. Tetapi ternyata Luna sama sekali tidak tahu.

“Jika Hanan telah meninggal, lalu siapa gerangan orang yang setiap hari mengirimi Luna sms ?” tanya ibu Luna. Sementara itu Luna masih menangis. “ Nah itu bu, aku juga tidak tahu siapa pengirim sms itu, mungkin saja kakaknya atau bisa juga ayah atau ibunya.” kata Meylan. “ Coba Lun, kamu sms ke nomer itu, coba kamu tanya ini siapanya Hanan ? Kalau nggak kamu telepon aja.” kata ibunya. Luna pun mengikuti kata ibunya, ia segera mengirimi sms ke nomer itu dan mencoba meneleponnya, tetapi teleponnya tak pernah diangkat, smspun sudah tidak pernah dibalas ketika Luna telah tahu bahwa Hanan telah meninggal. Akhirnya Luna dengan ditemani oleh Meylan segera lepas landas ke California, Amerika Serikat untuk menemui keluarga Hanan. Sampai di California, Luna dan Meylan segera menuju alamat keluarga Hanan yang dulu pernah Hanan berikan. Sampailah mereka disebuah rumah dengan ukuran sedang yang terlihat bersih dan terawat. Luna pun memencet bel, lalu terbukalah pintu rumah tersebut dan tampak seorang wanita yang sudah tak asing lagi baginya keluar dari dalam rumah. Wanita itu adalah Fatma, kakak kandung Hanan. Fatma pun langsung memeluk Luna. Luna pun menangis. Fatma lalu mempersilakan Luna dan Meylan untuk masuk. Lalu Fatma menceritakan semuanya kepada Luna. Fatma mengatakan “Hanan sejak kecil memang menderita kanker, ia tahu bahwa hidupnya hanyalah sebentar, karena itu semangatnya luar biasa dalam menjalani hidup, ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya meski hanya satu detik, ia sangat menghargai waktu dan ia sangat menyayangi orang-orang disekitarnya, dari luar mungkin ia tampak seperti orang sehat wal’afiat tetapi sebenarnya hampir setiap hari ia merasakan pusing yang sangat hebat, namun ia selalu menahanya. Hanan selalu mengatakan padaku bahwa ia sangat mencintaimu, dan ia sangat takut jika suatu saat ia akan pergi dari hidupmu. Tetapi setiap hari ia bersikap seolah tidak akan terjadi apa-apa, ia tak mau mengecewakan orang-orang disekitarnya. Tiga tahun yang lalu saat ia lulus SMA, ia tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena ia tahu hal itu akan sia-sia. Setelah lulus SMA, ia pergi kesini ke California bukanlah untuk kuliah melainkan untuk pengobatan, karena penyakitnya bertambah parah. Ia mengatakan padamu bahwa ia datang kesini untuk berkuliah itu hanyalah agar kamu tidak mengkhawatirkannya. Sebenarnya ia tidak pernah berkuliah. Setiap hari ia hanya menjalani pengobatan. Dan akhirnya dokter menyarankan agar segera dioperasi. Sebelum operasi berlangsung, ia mengatakan padaku bahwa apapun yang terjadi nanti, ia meminta agar kamu tidak diberitahu, sampai kamu akhirnya tahu sendiri. Operasi tersebut memang berhasil, tetapi Hanan koma selama 5 hari dan akhirnya dia meninggal.” tutur Fatma. Luna pun menangis mendengar cerita Fatma. “ Maaf mba Fatma saya mau nanya, kan Hanan sudah meninggal lalu ponselnya dipegang siapa ?.” tanya Meylan. “ Ohh, ponsel Hanan masih ada disaya.” kata Fatma. “ Berarti yang selama ini sms Luna itu mba Fatma ya ?” tanya Meylan. “ Hah, sms apaan ? Ponselnya Hanan memang masih diaku, tapi aku gak pernah pakai, sumpah !!, lagi pula ponselnya Hanan ada kata sandinya, jadi kan aku gak bisa buka.” kata Fatma. Fatma lalu mengambil ponsel milik Hanan dan menyerahkannya pada Meylan dan memang benar bahwa ponsel milik Hanan memang ada kata sandinya. “ Loh, terus kalo mba fatma gak pernah pakai ponsel ini terus yang setiap hari ngirimin Luna pesan itu siapa ?” tanya Meylan. Luna lalu menyerahkan ponselnya pada Fatma dan Fatma sangat terbelalak melihat sms-sms itu. “ Aku gak tau sumpah, disini aku tinggal sendirian. Bapak sama ibu lagi pergi ke German udah 3 bulan jadi gak mungkin mereka yang pake ponsel ini.” kata Fatma. Luna, Meylan, dan Fatma pun saling bertatapan satu sama lain. Hawa berubah menjadi dingin seketika. Bulu kuduk Fatma berdiri. (TAMAT).

  

0 komentar:

Posting Komentar