Halaman

Senin, 17 Juli 2017

TUGAS BAHASA INDONESIA - MEMBUAT TEKS ULASAN PERTUNJUKKAN PENTAS DRAMA

Pernikahan Ala Negeri Dongeng


Drama mengenai cinta memang selalu menarik bagi masyarakat pada umumnya, khususnya para pemuda. Drama bertemakan cinta sering diawali dari latarbelakang status sosial dua insan yang berbeda. Pada kisah-kisah cinta terdahulu, kebanyakan permasalahan dalam drama dengan tema cinta masih terpaku pada hal-hal yang bersifat pertentangan antara dua kubu keluarga, meskipun tidak semuanya seperti itu. Seperti dalam drama Romeo And Juliet, cinta bukan hanya penyatuan dua insan melainkan dua keluarga. Ketika keluarga tidak bisa disatukan maka akan timbul berbagai permasalahan. Kisah cinta klasik seperti dongeng Cinderella misalnya menceritakan pertemuan dua insan dari latarbelakang sosial yang berbeda, anatara sang pangeran yang kaya dan hidup bahagia dengan si Cinderella yang hidup menderita bersama ibu tiri. Pertemuan dua insan ini yang nantinya akan membawa berbagai macam permasalahan yang biasanya selalu berakhir bahagia. Permasalahan inilah yang menarik untuk dijadikan alur dalam drama. Rekaman drama yang ditampilkan oleh salah satu SMA di Jawa Tengah ini adalah salah satu drama yang mengangkat persoalan cinta kedalam alur cerita. Drama ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang cintanya terancam kandas di tengah jalan karena keluarga dari pihak si pria tidak merestui hubungannya. Dalam drama ini penonton akan disuguhkan lika-liku seseorang dalam mempertahankan cinta, bukan hanya sebuah dongeng, drama ini memang menggambarkan masalah-masalah nyata yang dihadapi masyarakat Indonesia umumnya. Terutama bagi mereka yang hendak melangkah ke jenjang hubungan yang lebih serius, seperti pernikahan misalnya.
Kisah cinta ini diawali dari pertemuan dua insan yang berbeda latar belakang sosial. Si pria yang berasal dari keluarga berada jatuh cinta pada wanita dari keluarga miskin. Cinta yang tulus antara dua insan yang berbeda ini menandakan bahwa perbedaan yang ada bukanlah penghalang bagi seseorang untuk menjalin cinta, ketika sedang dimabuk cinta, seseorang bisa saja melupakan segalanya seperti jabatannya, keluarganya atau apapun itu karena cinta bisa membuat hidup mereka menjadi lebih berarti. Hubungan cinta yang terjalin lama anatara si pria dan wanita mengantarkan mereka ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Pernikahan akan menyatukan mereka dan keluarga mereka satu sama lain. Menyatukan dua keluarga memang sulit terutama jika status sosialnya berbeda. Ada pandangan yang berbeda dari pihak keluarga. Jika dalam masa menjalin cinta, seseorang bisa saja tidak melibatkan keluarganya untuk ikut mengenal atau terlibat  kehidupan dengan kekasihnya, tetapi jika sudah menyangkut masalah pernikahan maka mau tidak mau keluarga turut andil dalam mengambil keputusan, dalam hal ini orang tua adalah yang pertama bertindak terhadap keputusan yang diambil oleh anaknya. Si ibu dari sang pria tidak menyetujui hubungan cinta anaknya dengan gadis miskin. Sikap sang ibu menunjukkan bahwa orang tua tidak begitu saja melepaskan anaknya menikah dengan orang yang dicintai anaknya, orang tua memperhatikan betul seperti apa calon menantunya yang kelak akan mendampingi anaknya, mereka tidak ingin anaknya menikah dengan orang yang salah. Setiap orang tua tentu ingin sesuatu yang terbaik untuk anaknya. Ketika mereka menganggap bahwa seseorang ternyata tidak pantas untuk anaknya maka mereka tidak segan-segan akan memisahkanya atau mengambil tindakan lain.
Si wanita yang enggan menikah dengan si pria bukan tanpa alasan, bukan karena ia tidak mencintai kekasihnya, tetapi karena ia tahu diri dan merasa tak layak untuk menikah dengan kekasihnya. Penolakan yang terjadi ini menggambarkan bahwa seseorang yang berasal dari keluarga miskin terkadang merasa rendah diri, bukan hanya dipandang sebelah mata oleh orang-orang tetapi mereka sendiri memandang sebelah mata diri mereka sendiri. Mereka tidak menganggap diri mereka layak mendapatkan sesuatu yang lebih, dalam hal ini adalah pernikahan dari keluarga terpandang. Ketakutan akan masalah status sosial yang berbeda ternyata bukan hanya ketakutan dari keluarga yang kaya tetapi mereka yang dipandang sebelah mata pun turut mempermasalahkannya. Ini menandakan bahwa status sosial memang dipermasalahkan hampir tiap orang, meskipun tetap ada pengecualian.
Saat si wanita berniat baik untuk mengantarkan Handphone si pria yang tertinggal dirumahnya, ia justru mendapat perlakuan buruk dari ibu si pria. Niat baiknya tidak dihiraukan karena si ibu sudah terlanjur tidak suka dan akhirnya berprasangka buruk kepada si wanita. Niat baik seseorang tidak selalu disambut baik oleh orang lain . Orang cenderung berpikiran buruk terhadap seseorang yang tak disukainya meskipun ia berniat baik. Ibu si pria tersebut bersikap semena-mena terhadap wanita tersebut karena merasa derajatnya yang lebih tinggi, ia merasa bisa berbuat seenaknya dan berkata semaunya kepada si wanita. Kedudukan seseorang bisa saja mempengaruhi perilakunya, seperti seseorang merasa pantas atau tidak pantas melakukan sesuatu melihat dari kedudukannya. Apakah kedudukan membuatnya pantas melakukan hal yang demikian atau tidak.
Bukan hanya cerita cinta yang ditampilkan dalam drama ini. Lebih dari itu, drama ini menyingkap sisi kehidupan yang lebih luas dan lebih mendalam. Selain perasaan cinta, dalam drama ini juga menampilkan perasaan senasib sepenanggungan. Ini terlihat ketika si wanita yang diperlakukan kasar oleh ibu si pria justru dibela oleh pembantu yang bekerja dirumah tersebut. Pembantu yang seharusnya berada di pihak majikan malah berbalik membela si wanita yang misikin. Perasaan senasib muncul ketika melihat si wanita yang punya latarbelakang sama diperlakukan semena-mena, ada perasaan tidak terima dari diri pembantu. Kemudian kemunculan sang nenek dari si wanita yang sejak tadi membuntutinya menandakan bahwa ada kekhawatiran sendiri bagi si nenek terhadap perlakuan yang akan diterima sang cucu. Menyadari bahwa kondisi keluarganya yang berbeda, si nenek pun seolah telah tahu apa yang akan terjadi sehingga ia tidak diam saja ketika cucunya berpamitan untuk mengembalikan handphone. Si nenek melakukan perlawanan ketika melihat cucunya yang diperlakukan semena-mena oleh si pemilik rumah. Meskipun mereka adalah orang yang tiada berpunya tetapi  mereka tidak tinggal diam ketika ada orang lain yang berusaha menginjak-injak harga diri mereka. Perasaan yang dirasakan oleh mereka yaitu  ingin diperlakukan dengan baik sebagai sesama manusia merupakan hal yang wajar dan bukan dipandang sebagai sesuatu yang berlebihan, karena setiap orang pun berhak mendapatkannya.
Disela-sela pertikaian tersebut, sang pria pun datang. Kemunculan sang pria dalam drama menjadi penengah dalam permasalahan. Berada diantara dua orang yang dicintai merupakan pilihan tersulit. Ada ibunya yang telah melahirkannya, ada pula gadis yang sangat ia cintai. Namun seperti tokoh-tokoh pahlawan dalam cerita dongeng, kehadiran sang pria adalah menjadi pembela yang benar, dalam hal ini adalah si gadis miskin tersebut. Kesombongan  sang ibu harus dibayar mahal ketika sang anak akhirnya lebih memilih si wanita itu. Menasihati orang yang sedang dimabuk cinta mungkin menjadi sangat sulit. Keputusan sang pria selain karena membela kebenaran juga tidak lain karena ia telah mencintai dalam-dalam gadis itu. Cinta mungkin telah membutakan si pria, sehingga meninggalkan keluarganya demi gadis itu. Seperti kebiasaan orang terpandang, orang tua si pria pun tidak tinggal diam, mereka segera melakukan tindakan layaknya tabiat orang yang berpunya. Mereka akan melakukan apapun agar anak mereka kembali. Mereka memiliki cukup materi dan mereka merasa bisa melakukan apapun dengan uang mereka termasuk menarik kembali anak mereka.
Cinta memang dianggap suci, banyak orang yang mengagungkan cinta, namun tidak jarang orang yang tidak menghargainya, tidak memedulikannya, mengacuhkannya, dan tak sedikit orang berusaha memisahkan cinta kedua insan. Karena bagi sebagian orang, pernikahan bukan hanya tentang cinta, tetapi juga materi yang akan menghidupkan cinta. Perbedaan status sosial juga bukanlah permasalahan yang dianggap enteng bagi masyarakat umumnya, ini merupakan persoalan nyata yang sering kita temui. Kenyataannya, memang demikian, sering kita melihat sebuah hubungan cinta harus kandas di tengah jalan karena gagalnya menyatukan dua keluarga. Drama ini merupakan sebuah penggambaran tentang permasalahan nyata yang sering ditemui sepasang kekasih dari status sosial yang berbeda. Bagaimanapun juga memilih antara cinta atau keluarga merupakan pilihan tersulit, dan perlu memikirkan matang-matang sebelum mengambil keputusan.
Drama yang dimainkan oleh siswa-siswi salah satu SMA di Jawa Tengah ini memang memiliki alur yang menarik untuk diikuti. Selain itu, drama ini menjadi lebih mengena karena dimainkan oleh anak muda, yang nantinya mungkin akan menemukan masalah yang sama seperti drama yang mereka mainkan. Namun begitu amanat dalam drama ini tidak sepenuhya tersampaikan. Drama yang seharusnya menyajikan kisah sedih dan mengharukan justru berubah menjadi seperti drama komedi yang mengundang banyak tawa dari penonton. Hampir ditiap adegan, para penonton mentertawakannya. Para pemain gagal membawa para penonton kedalam kisah cinta yang dramatis. Ini terjadi karena drama ini ditonton oleh teman sekelasnya sendiri yang suka menggoda ketika para pemain sedang berakting, akibatnya pemain pun tak kuasa menahan tawa sehingga merusak penjiwaan karakter yang mereka mainkan. Karena terlalu sering tertawa, ekspresi wajah mereka pun akhirnya berubah-ubah, ekspresi mereka jadi kurang menggambarkan karakter yang mereka mainkan, terkadang mereka serius mendalami peran, terkadang pula wajah mereka terlihat menggelikan ketika sedang tertawa ataupun menahan tawa.
Riasan wajah mereka sangat kurang, bahkan mereka terlihat seperti tidak mengenakan riasan wajah. Tokoh ibu si pria misalnya, tokoh ibu yang seharusnya digambarkan dengan riasan wajah yang mencolok dengan perhiasan seperti gelang atau semacamnya justru digambarkan seperti anak remaja sehingga tidak terlihat sebagai ibu si pria tetapi lebih terlihat atau lebih cocok menjadi kakak si pria tersebut. Peran pembantu yang seharusnya didandani seperti muka orang susah pun tidak terlihat, sehingga jika sang pembantu tidak membawa properti seperti lap, maka dia benar-benar tidak terlihat seperti layaknya seorang pembantu, tetapi lebih terlihat seperti anak remaja biasa.  Tokoh sang ayah dari si pria tersebut juga kurang menggambarkan karakternya sebagai seorang ayah dan lebih terlihat seumuran dengan anaknya, riasan seperti kumis atau janggut palsu mungkin bisa ditambahkan kepada tokoh ayah agar tidak terlalu terlihat seumuran. Meski begitu, pemain karakter nenek dalam drama ini riasannya sudah cukup bagus dan tampak seperti nenek-nenek sungguhan. Begitu pula dengan tokoh utama wanita dan tokoh utama pria.
Selain riasan, tentunya busana juga bisa dijadikan alat untuk memperkuat karakter dalam drama. Busana sebagai tolak ukur status seseorang dan kedudukan seseorang didalam drama. Busana itu menggambarkan karakter apa yang sedang mereka mainkan. Sayangnya, karakter ibu dalam drama ini tidak didukung oleh busana yang menggambarkan kedudukannya sebagai seorang ibu. Busana yang digunakan pemeran tokoh ibu terkesan seperti busana remaja sehingga lagi-lagi tokoh ibu terlihat lebih cocok menjadi seorang kakak. Begitu pun busana yang digunakan oleh si pembantu kurang menggambarkan kedudukannya sebagai pembantu. Sementara tokoh-tokoh lain busananya sudah cukup menggambarkan kedudukan karakter yang mereka bawakan, meskipun masih saja kurang.
Mengenai tata suara, drama ini juga mempunyai kekurangan. Suara para pemain terkadang tidak jelas pelafalannya dan sering terdengar samar-samar, kecuali suara tokoh ibu yang sedang marah saat itu sudah cukup jelas. Suara ricuh dari penonton juga mengganggu suara pemain yang sedang berakting, sehingga mungkin inilah penyebab suara para pemain terdengar samar. Apalagi drama ini berupa rekaman sehingga adalah hal yang wajar jika suaranya agak samar bahkan terdengar rusak karena berbaur dengan suara penonton.
Gerakan para pemain sudah cukup bagus tetapi ada beberapa gerakan yang kurang pas dan mengganggu jalannya drama. Seperti gerakan melihat penonton saat penonton sedang menggoda atau meledek dan gerakan menahan tawa. Terlihat pula gerakan yang malu-malu saat tokoh utama pria sedang beradegan dengan tokoh utama wanita. Gerak- gerik tokoh ibu dalam drama ini sudah cukup bagus terutama adegan saat tokoh ibu sedang marah. Sementara gerak- gerik tokoh ayah dalam drama ini tidak terlalu banyak. Namun, meski begitu beberapa gerakan dalam adegan drama ini terlihat tidak fokus sehingga pengahayatan pun kurang dan jauh dari harapan. Dalam drama ini juga pemain sering membelakangi penonton (bloking), bukan hanya sekali atau dua kali. Alur pergantian pemain pun tidak jelas dan tidak beraturan. Pemain asal masuk atau asal keluar saja dalam drama sehingga pergantian tokoh dan pergantian adegan terkesan berantakan. Adegan demi adegan dalam drama ini juga terkesan terburu-buru sehingga penonton kurang bisa menikmati akting pemain di tiap adegan.
Tata panggung  seperti latar tempat pun sangat kurang. Penataan panggung atau tempat pertunjukkan drama tidak disiapkan dengan baik sehingga yang terjadi adalah tata panggung kurang menggambarkan latar tempat yang seharusnya menggambarkan cerita dalam drama, seperti latar rumah. Properti yang digunakan pun sangat minim dan kurang, properti yang ada belum mendukung penggambaran latar tempat dan suasana. Jarak pemain drama dengan penonton juga terlalu dekat sehingga merusak pemandangan dalam drama ini. Batas antara area drama dan area penontonpun juga tidak jelas sehingga kericuhan penonton begitu terlihat mengganngu jalannya drama.

Selain itu, karena drama ini merupakan rekaman. Maka sudah pasti dalam drama ini ada proses pengambilan gambarnya. Teknik pengambilan gambar dalam drama ini bisa dikatakan sangat buruk bila harus dibandingkan dengan drama-drama dalam film yang biasa tampil di televisi. Kamera yang digunakan bukanlah kamera yang biasa digunakan untuk penyutingan drama sesungguhnya, ini bisa kita lihat dari kualitas rekamanya, atau mungkin bisa saja drama ini justru direkam menggunakan handphone atau semacamnya. Pengambilan gambar yang dilakukan tidak fokus artinya terlalu banyak gerakan yang diambil sang pengambil gambar, sehingga menurunkan kualitas drama. Meski begitu hal ini menjadi wajar-wajar saja karena drama ini dibuat oleh siswa, sehingga drama ini pun merupakan bagian dari proses pembelajaran para siswa, sehingga kekurangan yang demikian tak perlu dijadikan masalah serius, karena kesalahan yang terjadi bisa menjadi koreksi agar drama yang dibuat selanjutnya menjadi lebih baik. Dengan demikian drama ini cukup layak ditonton dan dijadikan pembelajaran bagi siswa lain. 

0 komentar:

Posting Komentar